KERAJAAN
MUGHAL
(Pembentukannya)
Makalah
Disampaikan dalam
forum seminar kelas
Mata Kuliah SPI 2
Oleh
:
DARMAWATI
NIM.
00….03.24.2009
Dosen
Pembimbing :
PROGRAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
MUSLIM INDONESIA
UMI-MAKASSAR
2010
PEMBENTUKAN KERAJAAN MUGHAL
Oleh Darmawati
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama
Islam masuk ke India diperkirakan abad ke-7 M. melalui perdagangan. Dalam
keterangan sejarah tahun 871 telah ada oran Arab yang menetap disana (India).
Hal ini menunjukkan suatu indikasi bahwa sebelum kerajaan Mugal berdiri,
masyarakat India sudah mengenal Islam. Realita ini dapat dilihat dikota Delhi
adanya sebuah bangunan masjid yang dibangun oleh Qutubuddin Aybak pada tahun
1193 M). Sedangkan kerajaan Mugal berdirinya pada tahun 1526. Jadi kerajaan
Mugal ini sebagai penerus Islam sebelumnya di India. [1]
Pada
masa khullafaurrasyidin, memang sudah ada niat penyebaran Islam ke India, hal
ini diketahui pada masa khalifah Umar bin Khatab dan Usman sudah pernah
mengirim ekspedisi kesana, tetapi rencana ini gagal karena mendengar rawannyan
daerah India. Kemudian pada masa Ali bin Abi Thalib juga pernah mengirim suatu
ekspedisi di bawah pimpinan Al-Harits bin Murah Al-Abdi untuk menyerbu India
dan berhasil menaklukkanya, malangnya sang pemimpin terbunuh pada tahun 42 H
disuatu daerah Al-Daidin yang terletak antara Sind dan Khurasan. Pada masa
Umawiyah baru dapat terlaksana secara efektif. Muawiyah juga mengirim ekspedisi
yang dipimpin oleh seorang jendral parang yang masih muda berusia sekitar
delapan belas tahun yang bernama Muhammad bin Qasim. Pada saat itu tahun 713
wilayah Multan dapat dikuasai.[2]
Setelah itu juga berhasil menaklukkan daerah Sind dan Punjab bagian bawah, maka
satu persatu daerah sekitarnya dengan mudah dapat dikuasai. Hal inilah
yangmenjadikan wilayah kekuasaan Islam pada masa pemerintahan Bany Umaiyyah
semakin luas.
Tercatat dalam sejarah Islam,
kerajaan Mugal ini berdiri pada pereode pertengahan. Setelah masa pertengahan
usai, maka muncullah tiga kerajaan besar yang dapat membangun kembali kemajuan
umat Islam. Diantara kerajaan besar tersebut termasuk juga kerajaan Mugal. Harun
Nasution mengatakan bahwa ketiga kerajaan ini sudah dapat dikategorikan sebagai
negara Adikuasa pada zaman itu. Karena kebesaran kerajaan tersebut sudah mampu
menguasai perekonomian, politik serta militer dan mampu mengembangkan
kebudayaan yang monumental. [3]
Diantara ketiga kerajaan tersebut
mengatakan kerajaan Mugal adalah kerajaan yang termuda usia berdirinya.
Kerajaan ini berdiri setelah dua puluh lima tahun setelah berdirinya kerajaan
Safawi, dapat diperkiarakan sekitar seperempat abad jarak usia keduanya.[4]
Namun kerajaan ini cukup lama berkuasa, lebih kurang selama tiga abad. Kerajaan
ini berdiri sejak awal abad ke-16 sampai abad ke 19 sehingga mampu membawa
pengaruh besar bagi perkembangan Islam, mulai dari bidang sastra hingga
arsitektur.
B. Rumusan Masalah
Pada makalah ini, penulis akan
mengungkapkan tentang pembentukan kerajaan mugal, kemajuan-kemajuan yang
dicapai serta kemundurannya dan sebab-sebab dari kemunduran tersebut.
II. PEMBAHASAN
A. Pembentukan Kerajaan Mughal
Ada
sebuah prestasi yang sukses dalam sejarah sebelum terwujudnya kerajaan mugal di
India. Ketika dinasti Ghaznawi di bawah pimpinan Mahmud Ghaznawi (1020.M), ia
berhasil menaklukkan hampir semua kerajaan Hindu di India, sekaligus juga
mengislamkan sebagian masyarakatnya, karena sebelumnya mayoritas masyarakat
India beragama Budha dan Hindu.[5]
8 Tekad Mahmud ini memamg sangat kuat untuk merubah keyakinan oarang India,
sehingga ia berhasil mewujudkan cita-citanya. Akhirnya ketika Mahmud berhasil
menaklukan daerah Punjab yang ibu kotanya Lahore. Dia mendirikan sekolah tinggi
Universitas Islam) beserta sebuah taman pustaka yang besar. Fakta ini juga
memperlihatkan ada bekas jejak Islam pernah jaya di India.
Setelah
dinasti Ghaznawi ini hancur,maka muncul dinasti-dinasti kecil menguasai India,
seperti Mamluk (1206 M -1290 M), Khalji (1296 M – 1316 M) dan Tulug (1230 M –
1412 M), serta dinasti-dinsti lainnya.[6]
Dan terakhir dinasti Lodi tidak sanggup lagi mempertahankan kekuasannya dari
kekacauan kondisi politik pada aktu itu. Maka pada saat itu muncul Zahiruddin
Babur memamfaatkan situasi politik ini, dan ia berhasil menegakkan Kerajaan
Mugal di India. Sejak saat itulah berdiri kerajaan Mugal di India di bawah
kekuasaan Babur dengan ibukotanya Delhi.
Zahiruddin Babur (1482 M-1530 M) adalah generasi Timur Lenk yang ke-5 dari pihak bapaknya Umar Syeik Mirza dari etnis mongol (penguasa fergana di Turkistan),memulai kekuasaanya di India.[7] Ia mewarisi kekuasaan bapaknya ketika usianya masih sangat muda, sehingga Ia tidak bisa mempertahankan kekuasaanya di Ferghana. Kemudian Ia mengalihkan perhatiannya ke India, sampai akhirnya Ia behasil menancapakan kerajaan Mugal di sana.
Zahiruddin Babur (1482 M-1530 M) adalah generasi Timur Lenk yang ke-5 dari pihak bapaknya Umar Syeik Mirza dari etnis mongol (penguasa fergana di Turkistan),memulai kekuasaanya di India.[7] Ia mewarisi kekuasaan bapaknya ketika usianya masih sangat muda, sehingga Ia tidak bisa mempertahankan kekuasaanya di Ferghana. Kemudian Ia mengalihkan perhatiannya ke India, sampai akhirnya Ia behasil menancapakan kerajaan Mugal di sana.
Setelah
Babur meninggal kerajaan ini diwariskan kepada anaknya Humayyun. Pada masa
Humayyun kerajaan ini mengalami kemunduran, karena Humayyun tidak sanggup
mengatasi tantangan dan pergolakan politik yan terjadi pada waktu itu. Selain
dari serangan Afganistan,termasuk juga serangan dari saudara-saudaranya yang
berambisi merebut kekuasaan, sehingga akhirnya Ia terusir dari Delhi dan
menetap di Umarkot (1542).[8]
Untung penguasa Safawi waktu itu memberi dukungan dan Kabul dapat dikuasai oleh
Humayyun kembali.
Sepeninggal
Humayyun, tahta kerajaan jatuh pada anaknya Akbar yang saat itu berusia empat
belas tahun. Karena usianya masih sangat muda dan pengalamannya pun masih
kurang, maka urusan kerajaan diserahkan kepada Bairam Khan. Pada awal
pemerintahan Akbar ini banyak tantangan dan beberapa pemberontakan yang nyaris
mengancam kerajaan Mugal. Kemudian di Agra juga muncul kekuatan Hindu yang
dipimpin oleh Himu mengancam kekuasannya. Pada wilayah Barat Laut juga muncul
kekuatan dibawah pimpinan Mirza Muhammad Hakim, saudara seayah dengan Akbar.
Sementara itu Kasmir juga berusaha melepaskan diri dari kerajaan Mugal yang dipimpin
oleh Muslim setempat.[9]
Akirnya pada saat itu terjadilah suatu peperangan yang sangat dasyat yang
dikenal dengan Panipat II tahun 1556, namun semua itu dapat dipatahkan oleh
Bairam Khan.[10]
Himu akhirnya ditangkap, dan Agra dapat dikuasai, maka kemenangan ada dipihak
Bairam Khan. Cukup besar jasa Bairam Khan dalam mengokohkan kembali kerajaan
Mugal.
Setelah
Akbar dewasa, Bairam Khan disingkirkan oleh Akbar, Karena menurut Akbar Bairam
Khan ini terlalu keras memaksakan paham Syi’ahnya. Bairam Khan mengetahui
gelagat tersebut mencoba mengadakan perlawanan. Tetapi perlawanan itu dapat
dipatahkan oleh Akbar dalam peperangan di Julandur pada tahun 1591.
Setelah
semua komplit itu berakhir, Akbar dapat menguasai Mugal secara penuh. Kekuasaan
Mugal dapat direbutnya kembali secara pemerintahan Militerisme. Akbar dapat
mewujudkan Mugal ini menjadi suatu kerajaan besar, dan mencapai pada puncak
keajayaanya. Sehingga pada masa Akbar inilah merupakan masa keemasan kerajaan
Mugal di India.
Disamping
itu Akbar membentuk landasan georafis bagi kekuasaan imperiumnya. Pemerintahan
Akbar dijalankan oleh sebuah elit milite dan politik yang umumnya terdiri dari
pembesar-pembesar Afghan, Irak, dan Turki sert muslim asli di India. Meskipun
secara resmi elit pemerintahan mereka adalah warga muslim, namun terdapat 20 %
penduduknya beragama Hindu sebagai aristokrasi Mugal.[11]
Dengan
demikian, pembentukan kerajaan Mughal di India menjadi kerajaan Islam terjadi
pada masa kekuasaan dinasti Bani Umayyah yaitu pada masa khalifah al Walid yang
di pimpin oleh panglima Muhammad Ibnu Qasim. Dalam penaklukan wilayah India
ini, kemudian pasukan Ghaznawiyyah dibawah pimpinan Sultan al Makmun
mengembangkan kedudukan Islam di wilayah ini, dan berhasil menaklukkan kekuasaan
Hindu, dan mengIslamkan sebagian masyarakt India pada tahun 1020 M . Setelah
dinasti Ghaznawiyyah hancur, muncul dinasti-dinasti kecil seperti Mamluk
(1026-1290 M), Halji (296-1316 M), Tuglug (1320-1412 M), dan dinasti-dinasti
lain.
Kerajaan ini
didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482-1530 M), seorang keturunan timur Lenk.
Dia adalah Shekh Kumar yang menjadi Amir di negeri Farghanah, keturunan
langsung dari Miransah, putra ke-3 timur Lenk dan ibunya keturunan Jengis Khan.[12]
Dia mewarisi
tahta kekuasaan wilayah farghana sejak usia 11 tahun, ia bercita-cita menguasai
samarKhan yang merupakan kota terpenting di Asia Tengah. Pertama kali ia
mengalami kekalahan dalam ekspansi itu kemudian pada tahun 1494 M berkat
bantuan ismail I raja Syafawi, Babur menaklukkan SamarKhan, dan pada tahun 1504
M dia menaklukkan Kabul ibu kota Afganistan.[13]
Dia
taklukkan daerah yang luas di daerah utara anak benua yang kaya (India), dan
meletakkan dasar untuk pemerintahan Mughal di India. Para penakluk, bangsa
turki dan Persia merupakan kasta berkuasa, sementera Islam adalah agama yang
disenangi dibandingkan dengan agama Hindu dan agama Budha. Bahasa hukum dan
kesusastraan ialah bahasa Persia baru.[14]
Kemudian
Babur melanjutkan ekspansinya keIndia yang pada saat itu diperintah oleh
Ibrahim Lodi. Dalam upaya menaklukkan India Babur berhasil menaklukkan India.
Dalam upaya menguasai India Babur berhasil menaklukkan Punjap pada tahun 1525
M. Kemudian pada tahun 1526 M dia mendapat kemenangan dalam pertempuran dipunjep
sehingga pasukaannya dapat memasuki kota Delhi untuk menegakkan pemerintahan
Babur dikota Delhi, maka berdirilah raja Mughal di India pada tahun 1526 M.[15]
Tapi Dari
pihak-pihak musuh, terutama dari pihak ibu yang tidak menyukai berdirinya
kerajaan Mughal ini segera menyusun kekuatan gabungan, namun Babur berhasil
mengalahkan mereka dalam suatu pertempuran, sementara itu dinasti Lodi bersaha
bangkit kembali untuk menentang pemerintanhan Babur. Kejadian tiu terjadi
didekat gorgh, pada tahun 1529 M dan Babur dapat menumpas mereka, dan setelah
itu setahun kemudian Babur wafat .
B. Masa Keemasan
Masa
keemasan kerajaan Mughal terlihat pada kemajuan yang dicapai, Kerajaan Mughal
di antaranya adalah:
1.
Di bidang Keilmuan yang sangat menunjul pada saat itu antara lain adalah pada
masa Aurangzib, yaitu munculnya seorang sejarawan yang bernama abu fadzel
dengan karyanya Akbar nama dan aini Akbar yang memaparkan sejarah kerajaan
Mughal berdasarkan figur pemimpinnya.[16]
Kemudian,
dibidang kedokteran di antranya adalah Dara Sukhuh yang mengarang kedokteran
dara sukhuh, yang merupakan engkiklopedi medis besar akhir dalam Islam. Ia juga
di kenal sebagai seorang sufi pengikut Vedanta.
Ilmu
medis Islam terus berkembang di India sepanjang abad 12 H atau 18 M seperti sekala
dedokteran yang dibuat oleh muhammad akbar syah al zani dari Shiraz. Dengan
kehadirannya, medis India atau Islam yang merupakan ilmu medis yang berbentuk
filosofi ilmu medis (memakai pendekatan kepada Allah) hidup bersaing dengan
ilmu medis modern Eropa.[17]
Dan
jasa yang tidak dapat dilupakan dari hasil karya putra Syah Jehan, namanya
Auranzeb ialah membukukan hukum Islam mengenai soal Mu’amalat. Usaha kodifikasi
ini dinamakan “Ahkam Alam Giriyah” menurut gelaran yang dipakinya.
2.
Ekonomi, raja Mughal dapat mengembangkan program pertanian, pertambangan, dan
perdagangan. Akan tetapi sumber keuangan negara lebih banyak bertumpu pada
sektor pertanian.
Di
sektor pertanian ini komunikasi antara pemerintah dan petani diatur dangan
baik. Kerajaan berhak atas sepertiga dari hasil pertanian di negeri itu, hasil
pertanian kerajaan Mughal yang terpenting ketika itu adalah biji-bijan, padi,
kacang, sayur-sayuran, tebu, rempah-rempah, tembakau, kapas, nila, dan
bahan-bahan celupan.[18]
3.
Seni. Bersamaan dengan majunya bidang ekonomi, bidans seni dan budaya juga
berkembang. Karya seni yang menunjol adalah karya sastra gubahan penyair
istana, baik yang berbahasa persia maupun yang berbahasa India. Penyair India
yang terkenala adalah Malik Muhammad Jayazi, seorang sastrawan sufi yang
menghasilkan karya besar patmafat, sebuah karya alegoris yang mengandung pesan
kebajikan jiwa manusia.[19]
Karya
seni yang masih dapat dinikmati sekarang dan merupakan karya seni terbesar yang
sicapai kerajaan Mughal adalah karya-karya arsitektur yang indah dan
mengagumkan. Pada masa akbar dibangun istana Fapkur Sikri di Sikri, vila dan
masjid-masjid yang indah.
Pada
masa Syah Jehan dibangun masjid yang berlapiskan mutiara dan Tajmahal di Agra,
mejid raya Delhi dan istana indah dilghare.
4.
Dibidang politik. Sultan akbar mengrahkan apa yang dinamakan politik sulakhul
(toleransi universal). Dengan politik ini semua rakyat India dipandang sama.
Mereka tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan agama.[20]
Pada
masa pemerintahan Sultan Akbar, Mughal memiliki politik yang stabil, maju
dibidang pertanian, pertambangan dan perdagangan. Mughal memiliki system
pertanian antara pemerintah dan petani yang mengolah. Mughal di India terkenal
penghasil biji-bijian. Hasil pertanian sebagian di ekspor ke Eropa, Afriaka,
Jazirah Arab, dan Asia Tenggara.
Mughal
juaga berhasil mengembangkan industri tekstil. Untuk meningkatkan produksi
Jehangir mengizinkan Inggris (1661 M) dan belanda (1617 M) mendirikan
pengolahan hasil pertanian di Surat.
Bidang
seni dan budaya juga berkembang, karya seni yang menonjol adalah karya sastra
penyair istana, bahasa yang dipakai adalah bahasa Persia dan India. Penyair
yang terkenal adalah malik Muhammad Jayazi seorang sastrawan yang sekaligus
seorang sufi, salah satu karya besarnya adalah Padmauat. Pada masa pemerintahan
Aurangzab, lahir seorang sejarawan bernama abu fald dengan karyanya “akbar nama
dan ami akbari” karya ini merupakan sejarah mughal serta figure para
pemimpinnya.
Pada masa pemerintahan Akbar
dibangun istana Fatpur Sikri, Vilia, dan Mesjid berlapis mutiara. Salah satu
banguanan monumental yang dibangun Syah Jehan (Sultan Akbar) adalah tajamahl di
Aqra Delhi, ini merupakan kompleks makam istrinya bernama Muntazmahal.
C. Masa Kemunduran
Mughal sudah
mengalami masa keemasan selama setengah abad, para pelanjut Hindu tidak sanggup
mempertahankan kebesaran yang telah dibangun oleh sultan-sultan sebelmnya.
Kekuasaan
politiknya menjadi merosot akibat tahta kepemimpinannya dijadikan rebutan,
sehinnga terjadi separatis Hindu, konflik-konflik yang berkepanjangan ini
mengakibatkan pengawasan daerah-daerah menjadi lemah dan satu persatu
melepaskan loyalitasnya dari pemerintah pusat.
Setelah
satu setengah abad dinasti Mughal berada dipuncak kejayaannya para pelanjut
Aurangzeb tidak sanggup mempertahankan kebesarannya yang telah dibina oleh
sultan-sultan sebelumnya, pada abad ke-18 M kerajaan ini memasuki masa-masa
kemunduran, kekuasaan politiknya mulai merosot, suksesi kepemimpinan di pusat
menjadi ajang perebutan, gerakan separatis Hindu di India Tengah, Sikh di
belahan utara dan Islam di bagian timur semakin lama semakin mengancam.
Sementara itu para pedagang Inggris yang diijinkan oleh Jehangir menanamkan
modal di India, dengan didukung oleh kekuatan bersenjata semakin kuat menguasai
wilayah pantai. [21]
Pada
masa Aurangzeb, pemberontakan terhadap pemerintahan pusat memang sudah muncul,
tetapi dapat diatasi. Pemberontakan itu bermula dari tindakan-tindakan
Aurangzeb yang dengan keras menerapkan pemikiran puritanismenya. Setelah ia
wafat, penerusnya rata-rata lemah dan tidak mampu menghadapi problema yang
ditinggalkannya. Sepeninggal Aurangzeb (1707 M), tahta kerajaan dipegang oleh
Muazzam, putra tertua Aurangzeb yang sebelumnya menjadi penguasa di Kabul.
Putra Aurangzeb ini kemudian bergelar Bahadur Syah (1707-1712 M). Ia menganut
aliran Syi'ah. Pada masa pemerintahannya yang berjalan selama lima tahun, ia
dihadapkan pada perlawanan penduduk Lahore karena sikapnya yang terlampau
memaksakan ajaran Syi'ah kepada mereka.[22]
Setelah
Bahadur Syah meninggal, dalam jangka waktu yang cukup lama, terjadi perebutan
kekuasaan di kalangan keluarga istana, Bahadur Syah diganti oleh anaknya,
Azimus Syah. Akan tetapi, pemerintahannya ditantang oleh Zulfiqar Khan, putra
Azad Khan, Wazir Aurangzeb. Azimur Syah meninggal tahun 1712 M, dan diganti
oleh putranya, Jihandar Syah, yang mendapat tantangan dari Farukh Siyar,
adiknya sendiri. Jihandar Syah dapat disingkirkan oleh Farukh Siyar tahun 1713
M.
Farukh
Siyar berkuasa sampai tahun 1719 M dengan dukungan kelompok sayyid, tapi ia
tewas di tangan para pendukungnya sendiri (1719M). Sebagai penggantinya
diangkat Muhammad Syah (1719-1748 M). Namun ia dan pendukungnya terusir oleh
suku Asyfar di bawah pimpinan Nadir Syah yang sebelumnya telah berhasil
melenyapkan kekuasaan Safawi di Persia. Keinginan Nadir Syah untuk menundukkan
kerajaan Mughal terutama karena menurutnya, kerajaan ini banyak sekali
memberikan bantuan kepada pemberontak Afghan di daerah Persia.[23]
Oleh
karena itu, pada tahun 1739 M, dua tahun setelah menguasai Persia, ia menyerang
kerajaan Mughal. Muhammad Syah tidak dapat bertahan dan mengaku tunduk kepada
Nadir Syah. Muhammad Syah kembali berkuasa di Delhi, setelah ia bersedia
memberi hadiah yang sangat banyak kepada Nadir Syah. Kerajaan Mughal baru dapat
melakukan restorasi kembali, terutama setelah jabatan wazir dipegang oleh Chin
Qilich Khan yang bergelar Nizam al-Mulk (1722-1732 M) karena mendapat dukungan
dari Marathas. Akan tetapi tahun 1732 M, Nizam al-Mulk meninggalkan Delhi
menuju Hiderabad dan menetap disana. Konflik-konflik yang berkepanjangan
mengakibatkan pengawasan terhadap daerah lemah.[24]
Setelah
Muhamamd Syah meninggal, tahta kerajaan dipegang oleh Ahmad Syah (1748-1754 M)
kemudian diteruskan oleh Alamghir II (1754-1759 M), dan kemudian diteruskan
oleh Syah Alam (1761-1806 M). Pada tahun 1761 M, kerajaan Mughal diserang oleh
Ahmad Khan Durrani dari Afghan. Kerajaan Mughal tidak dapat bertahan dan sejak
itu Mughal berada di bawah kekuasaan Afghan. Meskipun Syah Alam tetap diijinkan
memakai gelar sultan.
Ketika
kerajaan Mughal memasuki keadaan yang lemah seperti ni, pada tahun itu juga,
perusahaan Inggris (EIC) yang sudah semakin kuat mengangkat senjata melawan
pemerintah kerajaan Mughal. Peperangan berlangsung berlarut-larut. Akhirnya,
Syah Alam membuat perjanjian damai dengan menyerahkan Qudh, Bengal dan Orisa
kepada Inggris.[25]
Sementara itu, Najib al-Daula, wazir Mughal dikalahkan oleh aliansi Sikh-Hindu,
sehingga Delhi di kuasai oleh Sindhia dari Marathas. Akan tetapi Sindhia dapat
dihalau kembali oleh Syah Alam dengan bantuan Inggris (1803 M).[26]
Syah
Alam meninggal tahun 1806 M. Tahta kerajaan selanjutnya dipegang oleh Akbar II
(1806-1837 M). Pada masa pemerintahannya Akbar memberi konsesi kepada EIC untuk
mengembangkan usahanya di anak benua India sebagaimana yang diinginkan Inggris,
tapi pihak perusahaan harus menjamin kehidupan raja dan keluarga istana. Dengan
demikian, kekuasaan sudah berada di tangan Inggris, meskipun kedudukan dan
gelar sultan dipertahankan. Bahadur Syah (1837-1858 M), penerus Akbar, tidak
menerima isi perjanjian antara EIC dengan ayahnya itu, sehingga terjadi konflik
antara kedua kekuatan tersebut.
Pada
waktu yang sama, pihak EIC mengalami kerugian, karena penyelenggaraan
administrasi perusahaan yang kurang efisien, padahal mereka harus tetap
menjamin kehidupan istana. Untuk menutupi kerugian dan sekaligus memenuhi
kebutuhan istana, EIC mengadakan pungutan yang tinggi terhadap rakyat secara
ketat dan cenderung kasar. Karena rakyat merasa ditekan, maka mereka, baik yang
beragama Hindu maupun Islam bangkit mengadakan pemberontakan. Mereka meminta
kepada Bahadur Syah untuk menjadi lambang perlawanan itu dalam rangka
mengembalikan kekuasaan kerajaan Mughal di India. Dengan demikian, terjadilah
perlawanan rakyat India terhadap kekuatan Inggris pada bulan Mei 1857 M.
Perlawanan
mereka dapat dipatahkan dengan mudah, karena Inggris mendapat dukungan dari
beberapa penguasa lokal Hindu dan Muslim. Inggris kemudian menjatuhkan hukuman
yang kejam terhadap para pemberontak. Mereka diusir dari kota Delhi.
Rumah-rumah ibadah banyak yang dihancurkan, dan Bahadur Syah, raja Mughal
terakhir, diusir dari istana (1858M). Dengan demikian berakhirlah sejarah
kekuasaan Dinasti Mughal di daratan India dan tinggallah disana umat Islam yang
harus berjuang mempertahankan eksistensi mereka.
III.
PENUTUP/KESIMPULAN
Pembentukan
kerajaan Mughal di India menjadi kerajaan Islam terjadi pada masa kekuasaan
dinasti Bani Umayyah yaitu pada masa khalifah al Walid yang di pimpin oleh
panglima Muhammad Ibnu Qasim. Dalam penaklukan wilayah India ini, kemudian
pasukan Ghaznawiyyah dibawah pimpinan Sultan al Makmun mengembangkan kedudukan
Islam di wilayah ini, dan berhasil menaklukkan kekuasaan Hindu, dan
mengIslamkan sebagian masyarakt India pada tahun 1020 M . Setelah dinasti
Ghaznawiyyah hancur, muncul dinasti-dinasti kecil seperti Mamluk (1026-1290 M),
Halji (296-1316 M), Tuglug (1320-1412 M), dan dinasti-dinasti lain.
DAFTAR
PUSTAKA
[1]Syed
Mahmundunnasir, Islam It’s Concept & History,
diterjemahkan Adang Affendi, (Bandung:
Roda, 1988),
h. 163
[2]Taufik
Abdullah dkk, op. cit. h. 281
[3] Harun
Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya , Jilid, UI, Perss, Jakarta, 1996), h. 103
[4] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta,
RaJ Grafindo Persada, 1995), h. 145
[5] Hasan Ibrahim Hasan, Islamic
History and Culture, diterjemahkan oleh : Djahdan Umam, (Jokyakarta: Kota
Kembang, 1989), h. 92
[6] Harun
Nasution, op. cit, h. 191
[7] Ira M.
Lapidus, Sejarah Sosial Agama Islam, Jilid II. (Jakarta: 1998), h. 676
[8]Editorial, Ensiklopedi
Islam, (Jakarata: Yayasan Penerbit, 1994), h. 240
[9] Ali, K. Sejarah Islam (Tarikh
Pramodern), (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2003), h.
353
[10] Badri
Yatim, op. cit., h. 149
[11] Ira.
M.Lapidus, op. cit. h. 695
[12] Badriatin Yatim, Sejarah
Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja Garindo Persada, cet. III, 1995), h.
113
[13]Lihat Ibid.
[14]Lihat Harun, Islam… op. cit. h.
179
[15]Lihat Badratin yatim, op.
cit., h. 212
[16]Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial
Islam, (Jakarta: Raja Grapindo, 2007), h. 283
[17]Lihat Ibid.
[18] Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam, (Jakarta: Rajawali Perss, 2008), h. 71
[19]Lihat Ibid.
[20]Lihat Ira M. Lapidus, op.
cit., h. 279
[21] Lihat Ira M.
Lapidus, Sejarah Sosial Islam,Jilid II (Jakarta: Raja Grafindo,
2007), h. 238. Lihat pula Nurul Hidayah.Sejarah Kebudayaan Islam.
(Bogor: CV Regina, 2003), h. 254-255
[22] Lihat Badri Yatim, op. cit., h.
162
[23] Hamka, Sejaerah Islam, (Jakarta:
Bulan Bintang, T.th), h. 163
[24]Lihat T. Ibrahim
H. Darsono, Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam. (Bogor : PT Tiga Serangkai
pustaka mandiri. 2003), h. 189. Lihat pula Musrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik
: Perkembangan Ilmu Pengtahuan Islam, (Jakarta: Kencana Predma Media
Group, cet. III, 2004), h. 233
[25] Hamka, op. cit., h. 163
[26] Lihat Ira M. Lapidus, Sejarah
Sosial …op. cit., h. 286.
KERAJAAN
MUGHAL
(Pembentukannya)
Makalah
Disampaikan dalam
forum seminar kelas
Mata Kuliah SPI 2
Oleh
:
DARMAWATI
NIM.
00….03.24.2009
Dosen
Pembimbing :
PROGRAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
MUSLIM INDONESIA
UMI-MAKASSAR
2010
PEMBENTUKAN KERAJAAN MUGHAL
Oleh Darmawati
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama
Islam masuk ke India diperkirakan abad ke-7 M. melalui perdagangan. Dalam
keterangan sejarah tahun 871 telah ada oran Arab yang menetap disana (India).
Hal ini menunjukkan suatu indikasi bahwa sebelum kerajaan Mugal berdiri,
masyarakat India sudah mengenal Islam. Realita ini dapat dilihat dikota Delhi
adanya sebuah bangunan masjid yang dibangun oleh Qutubuddin Aybak pada tahun
1193 M). Sedangkan kerajaan Mugal berdirinya pada tahun 1526. Jadi kerajaan
Mugal ini sebagai penerus Islam sebelumnya di India. [1]
Pada
masa khullafaurrasyidin, memang sudah ada niat penyebaran Islam ke India, hal
ini diketahui pada masa khalifah Umar bin Khatab dan Usman sudah pernah
mengirim ekspedisi kesana, tetapi rencana ini gagal karena mendengar rawannyan
daerah India. Kemudian pada masa Ali bin Abi Thalib juga pernah mengirim suatu
ekspedisi di bawah pimpinan Al-Harits bin Murah Al-Abdi untuk menyerbu India
dan berhasil menaklukkanya, malangnya sang pemimpin terbunuh pada tahun 42 H
disuatu daerah Al-Daidin yang terletak antara Sind dan Khurasan. Pada masa
Umawiyah baru dapat terlaksana secara efektif. Muawiyah juga mengirim ekspedisi
yang dipimpin oleh seorang jendral parang yang masih muda berusia sekitar
delapan belas tahun yang bernama Muhammad bin Qasim. Pada saat itu tahun 713
wilayah Multan dapat dikuasai.[2]
Setelah itu juga berhasil menaklukkan daerah Sind dan Punjab bagian bawah, maka
satu persatu daerah sekitarnya dengan mudah dapat dikuasai. Hal inilah
yangmenjadikan wilayah kekuasaan Islam pada masa pemerintahan Bany Umaiyyah
semakin luas.
Tercatat dalam sejarah Islam,
kerajaan Mugal ini berdiri pada pereode pertengahan. Setelah masa pertengahan
usai, maka muncullah tiga kerajaan besar yang dapat membangun kembali kemajuan
umat Islam. Diantara kerajaan besar tersebut termasuk juga kerajaan Mugal. Harun
Nasution mengatakan bahwa ketiga kerajaan ini sudah dapat dikategorikan sebagai
negara Adikuasa pada zaman itu. Karena kebesaran kerajaan tersebut sudah mampu
menguasai perekonomian, politik serta militer dan mampu mengembangkan
kebudayaan yang monumental. [3]
Diantara ketiga kerajaan tersebut
mengatakan kerajaan Mugal adalah kerajaan yang termuda usia berdirinya.
Kerajaan ini berdiri setelah dua puluh lima tahun setelah berdirinya kerajaan
Safawi, dapat diperkiarakan sekitar seperempat abad jarak usia keduanya.[4]
Namun kerajaan ini cukup lama berkuasa, lebih kurang selama tiga abad. Kerajaan
ini berdiri sejak awal abad ke-16 sampai abad ke 19 sehingga mampu membawa
pengaruh besar bagi perkembangan Islam, mulai dari bidang sastra hingga
arsitektur.
B. Rumusan Masalah
Pada makalah ini, penulis akan
mengungkapkan tentang pembentukan kerajaan mugal, kemajuan-kemajuan yang
dicapai serta kemundurannya dan sebab-sebab dari kemunduran tersebut.
II. PEMBAHASAN
A. Pembentukan Kerajaan Mughal
Ada
sebuah prestasi yang sukses dalam sejarah sebelum terwujudnya kerajaan mugal di
India. Ketika dinasti Ghaznawi di bawah pimpinan Mahmud Ghaznawi (1020.M), ia
berhasil menaklukkan hampir semua kerajaan Hindu di India, sekaligus juga
mengislamkan sebagian masyarakatnya, karena sebelumnya mayoritas masyarakat
India beragama Budha dan Hindu.[5]
8 Tekad Mahmud ini memamg sangat kuat untuk merubah keyakinan oarang India,
sehingga ia berhasil mewujudkan cita-citanya. Akhirnya ketika Mahmud berhasil
menaklukan daerah Punjab yang ibu kotanya Lahore. Dia mendirikan sekolah tinggi
Universitas Islam) beserta sebuah taman pustaka yang besar. Fakta ini juga
memperlihatkan ada bekas jejak Islam pernah jaya di India.
Setelah
dinasti Ghaznawi ini hancur,maka muncul dinasti-dinasti kecil menguasai India,
seperti Mamluk (1206 M -1290 M), Khalji (1296 M – 1316 M) dan Tulug (1230 M –
1412 M), serta dinasti-dinsti lainnya.[6]
Dan terakhir dinasti Lodi tidak sanggup lagi mempertahankan kekuasannya dari
kekacauan kondisi politik pada aktu itu. Maka pada saat itu muncul Zahiruddin
Babur memamfaatkan situasi politik ini, dan ia berhasil menegakkan Kerajaan
Mugal di India. Sejak saat itulah berdiri kerajaan Mugal di India di bawah
kekuasaan Babur dengan ibukotanya Delhi.
Zahiruddin Babur (1482 M-1530 M) adalah generasi Timur Lenk yang ke-5 dari pihak bapaknya Umar Syeik Mirza dari etnis mongol (penguasa fergana di Turkistan),memulai kekuasaanya di India.[7] Ia mewarisi kekuasaan bapaknya ketika usianya masih sangat muda, sehingga Ia tidak bisa mempertahankan kekuasaanya di Ferghana. Kemudian Ia mengalihkan perhatiannya ke India, sampai akhirnya Ia behasil menancapakan kerajaan Mugal di sana.
Zahiruddin Babur (1482 M-1530 M) adalah generasi Timur Lenk yang ke-5 dari pihak bapaknya Umar Syeik Mirza dari etnis mongol (penguasa fergana di Turkistan),memulai kekuasaanya di India.[7] Ia mewarisi kekuasaan bapaknya ketika usianya masih sangat muda, sehingga Ia tidak bisa mempertahankan kekuasaanya di Ferghana. Kemudian Ia mengalihkan perhatiannya ke India, sampai akhirnya Ia behasil menancapakan kerajaan Mugal di sana.
Setelah
Babur meninggal kerajaan ini diwariskan kepada anaknya Humayyun. Pada masa
Humayyun kerajaan ini mengalami kemunduran, karena Humayyun tidak sanggup
mengatasi tantangan dan pergolakan politik yan terjadi pada waktu itu. Selain
dari serangan Afganistan,termasuk juga serangan dari saudara-saudaranya yang
berambisi merebut kekuasaan, sehingga akhirnya Ia terusir dari Delhi dan
menetap di Umarkot (1542).[8]
Untung penguasa Safawi waktu itu memberi dukungan dan Kabul dapat dikuasai oleh
Humayyun kembali.
Sepeninggal
Humayyun, tahta kerajaan jatuh pada anaknya Akbar yang saat itu berusia empat
belas tahun. Karena usianya masih sangat muda dan pengalamannya pun masih
kurang, maka urusan kerajaan diserahkan kepada Bairam Khan. Pada awal
pemerintahan Akbar ini banyak tantangan dan beberapa pemberontakan yang nyaris
mengancam kerajaan Mugal. Kemudian di Agra juga muncul kekuatan Hindu yang
dipimpin oleh Himu mengancam kekuasannya. Pada wilayah Barat Laut juga muncul
kekuatan dibawah pimpinan Mirza Muhammad Hakim, saudara seayah dengan Akbar.
Sementara itu Kasmir juga berusaha melepaskan diri dari kerajaan Mugal yang dipimpin
oleh Muslim setempat.[9]
Akirnya pada saat itu terjadilah suatu peperangan yang sangat dasyat yang
dikenal dengan Panipat II tahun 1556, namun semua itu dapat dipatahkan oleh
Bairam Khan.[10]
Himu akhirnya ditangkap, dan Agra dapat dikuasai, maka kemenangan ada dipihak
Bairam Khan. Cukup besar jasa Bairam Khan dalam mengokohkan kembali kerajaan
Mugal.
Setelah
Akbar dewasa, Bairam Khan disingkirkan oleh Akbar, Karena menurut Akbar Bairam
Khan ini terlalu keras memaksakan paham Syi’ahnya. Bairam Khan mengetahui
gelagat tersebut mencoba mengadakan perlawanan. Tetapi perlawanan itu dapat
dipatahkan oleh Akbar dalam peperangan di Julandur pada tahun 1591.
Setelah
semua komplit itu berakhir, Akbar dapat menguasai Mugal secara penuh. Kekuasaan
Mugal dapat direbutnya kembali secara pemerintahan Militerisme. Akbar dapat
mewujudkan Mugal ini menjadi suatu kerajaan besar, dan mencapai pada puncak
keajayaanya. Sehingga pada masa Akbar inilah merupakan masa keemasan kerajaan
Mugal di India.
Disamping
itu Akbar membentuk landasan georafis bagi kekuasaan imperiumnya. Pemerintahan
Akbar dijalankan oleh sebuah elit milite dan politik yang umumnya terdiri dari
pembesar-pembesar Afghan, Irak, dan Turki sert muslim asli di India. Meskipun
secara resmi elit pemerintahan mereka adalah warga muslim, namun terdapat 20 %
penduduknya beragama Hindu sebagai aristokrasi Mugal.[11]
Dengan
demikian, pembentukan kerajaan Mughal di India menjadi kerajaan Islam terjadi
pada masa kekuasaan dinasti Bani Umayyah yaitu pada masa khalifah al Walid yang
di pimpin oleh panglima Muhammad Ibnu Qasim. Dalam penaklukan wilayah India
ini, kemudian pasukan Ghaznawiyyah dibawah pimpinan Sultan al Makmun
mengembangkan kedudukan Islam di wilayah ini, dan berhasil menaklukkan kekuasaan
Hindu, dan mengIslamkan sebagian masyarakt India pada tahun 1020 M . Setelah
dinasti Ghaznawiyyah hancur, muncul dinasti-dinasti kecil seperti Mamluk
(1026-1290 M), Halji (296-1316 M), Tuglug (1320-1412 M), dan dinasti-dinasti
lain.
Kerajaan ini
didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482-1530 M), seorang keturunan timur Lenk.
Dia adalah Shekh Kumar yang menjadi Amir di negeri Farghanah, keturunan
langsung dari Miransah, putra ke-3 timur Lenk dan ibunya keturunan Jengis Khan.[12]
Dia mewarisi
tahta kekuasaan wilayah farghana sejak usia 11 tahun, ia bercita-cita menguasai
samarKhan yang merupakan kota terpenting di Asia Tengah. Pertama kali ia
mengalami kekalahan dalam ekspansi itu kemudian pada tahun 1494 M berkat
bantuan ismail I raja Syafawi, Babur menaklukkan SamarKhan, dan pada tahun 1504
M dia menaklukkan Kabul ibu kota Afganistan.[13]
Dia
taklukkan daerah yang luas di daerah utara anak benua yang kaya (India), dan
meletakkan dasar untuk pemerintahan Mughal di India. Para penakluk, bangsa
turki dan Persia merupakan kasta berkuasa, sementera Islam adalah agama yang
disenangi dibandingkan dengan agama Hindu dan agama Budha. Bahasa hukum dan
kesusastraan ialah bahasa Persia baru.[14]
Kemudian
Babur melanjutkan ekspansinya keIndia yang pada saat itu diperintah oleh
Ibrahim Lodi. Dalam upaya menaklukkan India Babur berhasil menaklukkan India.
Dalam upaya menguasai India Babur berhasil menaklukkan Punjap pada tahun 1525
M. Kemudian pada tahun 1526 M dia mendapat kemenangan dalam pertempuran dipunjep
sehingga pasukaannya dapat memasuki kota Delhi untuk menegakkan pemerintahan
Babur dikota Delhi, maka berdirilah raja Mughal di India pada tahun 1526 M.[15]
Tapi Dari
pihak-pihak musuh, terutama dari pihak ibu yang tidak menyukai berdirinya
kerajaan Mughal ini segera menyusun kekuatan gabungan, namun Babur berhasil
mengalahkan mereka dalam suatu pertempuran, sementara itu dinasti Lodi bersaha
bangkit kembali untuk menentang pemerintanhan Babur. Kejadian tiu terjadi
didekat gorgh, pada tahun 1529 M dan Babur dapat menumpas mereka, dan setelah
itu setahun kemudian Babur wafat .
B. Masa Keemasan
Masa
keemasan kerajaan Mughal terlihat pada kemajuan yang dicapai, Kerajaan Mughal
di antaranya adalah:
1.
Di bidang Keilmuan yang sangat menunjul pada saat itu antara lain adalah pada
masa Aurangzib, yaitu munculnya seorang sejarawan yang bernama abu fadzel
dengan karyanya Akbar nama dan aini Akbar yang memaparkan sejarah kerajaan
Mughal berdasarkan figur pemimpinnya.[16]
Kemudian,
dibidang kedokteran di antranya adalah Dara Sukhuh yang mengarang kedokteran
dara sukhuh, yang merupakan engkiklopedi medis besar akhir dalam Islam. Ia juga
di kenal sebagai seorang sufi pengikut Vedanta.
Ilmu
medis Islam terus berkembang di India sepanjang abad 12 H atau 18 M seperti sekala
dedokteran yang dibuat oleh muhammad akbar syah al zani dari Shiraz. Dengan
kehadirannya, medis India atau Islam yang merupakan ilmu medis yang berbentuk
filosofi ilmu medis (memakai pendekatan kepada Allah) hidup bersaing dengan
ilmu medis modern Eropa.[17]
Dan
jasa yang tidak dapat dilupakan dari hasil karya putra Syah Jehan, namanya
Auranzeb ialah membukukan hukum Islam mengenai soal Mu’amalat. Usaha kodifikasi
ini dinamakan “Ahkam Alam Giriyah” menurut gelaran yang dipakinya.
2.
Ekonomi, raja Mughal dapat mengembangkan program pertanian, pertambangan, dan
perdagangan. Akan tetapi sumber keuangan negara lebih banyak bertumpu pada
sektor pertanian.
Di
sektor pertanian ini komunikasi antara pemerintah dan petani diatur dangan
baik. Kerajaan berhak atas sepertiga dari hasil pertanian di negeri itu, hasil
pertanian kerajaan Mughal yang terpenting ketika itu adalah biji-bijan, padi,
kacang, sayur-sayuran, tebu, rempah-rempah, tembakau, kapas, nila, dan
bahan-bahan celupan.[18]
3.
Seni. Bersamaan dengan majunya bidang ekonomi, bidans seni dan budaya juga
berkembang. Karya seni yang menunjol adalah karya sastra gubahan penyair
istana, baik yang berbahasa persia maupun yang berbahasa India. Penyair India
yang terkenala adalah Malik Muhammad Jayazi, seorang sastrawan sufi yang
menghasilkan karya besar patmafat, sebuah karya alegoris yang mengandung pesan
kebajikan jiwa manusia.[19]
Karya
seni yang masih dapat dinikmati sekarang dan merupakan karya seni terbesar yang
sicapai kerajaan Mughal adalah karya-karya arsitektur yang indah dan
mengagumkan. Pada masa akbar dibangun istana Fapkur Sikri di Sikri, vila dan
masjid-masjid yang indah.
Pada
masa Syah Jehan dibangun masjid yang berlapiskan mutiara dan Tajmahal di Agra,
mejid raya Delhi dan istana indah dilghare.
4.
Dibidang politik. Sultan akbar mengrahkan apa yang dinamakan politik sulakhul
(toleransi universal). Dengan politik ini semua rakyat India dipandang sama.
Mereka tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan agama.[20]
Pada
masa pemerintahan Sultan Akbar, Mughal memiliki politik yang stabil, maju
dibidang pertanian, pertambangan dan perdagangan. Mughal memiliki system
pertanian antara pemerintah dan petani yang mengolah. Mughal di India terkenal
penghasil biji-bijian. Hasil pertanian sebagian di ekspor ke Eropa, Afriaka,
Jazirah Arab, dan Asia Tenggara.
Mughal
juaga berhasil mengembangkan industri tekstil. Untuk meningkatkan produksi
Jehangir mengizinkan Inggris (1661 M) dan belanda (1617 M) mendirikan
pengolahan hasil pertanian di Surat.
Bidang
seni dan budaya juga berkembang, karya seni yang menonjol adalah karya sastra
penyair istana, bahasa yang dipakai adalah bahasa Persia dan India. Penyair
yang terkenal adalah malik Muhammad Jayazi seorang sastrawan yang sekaligus
seorang sufi, salah satu karya besarnya adalah Padmauat. Pada masa pemerintahan
Aurangzab, lahir seorang sejarawan bernama abu fald dengan karyanya “akbar nama
dan ami akbari” karya ini merupakan sejarah mughal serta figure para
pemimpinnya.
Pada masa pemerintahan Akbar
dibangun istana Fatpur Sikri, Vilia, dan Mesjid berlapis mutiara. Salah satu
banguanan monumental yang dibangun Syah Jehan (Sultan Akbar) adalah tajamahl di
Aqra Delhi, ini merupakan kompleks makam istrinya bernama Muntazmahal.
C. Masa Kemunduran
Mughal sudah
mengalami masa keemasan selama setengah abad, para pelanjut Hindu tidak sanggup
mempertahankan kebesaran yang telah dibangun oleh sultan-sultan sebelmnya.
Kekuasaan
politiknya menjadi merosot akibat tahta kepemimpinannya dijadikan rebutan,
sehinnga terjadi separatis Hindu, konflik-konflik yang berkepanjangan ini
mengakibatkan pengawasan daerah-daerah menjadi lemah dan satu persatu
melepaskan loyalitasnya dari pemerintah pusat.
Setelah
satu setengah abad dinasti Mughal berada dipuncak kejayaannya para pelanjut
Aurangzeb tidak sanggup mempertahankan kebesarannya yang telah dibina oleh
sultan-sultan sebelumnya, pada abad ke-18 M kerajaan ini memasuki masa-masa
kemunduran, kekuasaan politiknya mulai merosot, suksesi kepemimpinan di pusat
menjadi ajang perebutan, gerakan separatis Hindu di India Tengah, Sikh di
belahan utara dan Islam di bagian timur semakin lama semakin mengancam.
Sementara itu para pedagang Inggris yang diijinkan oleh Jehangir menanamkan
modal di India, dengan didukung oleh kekuatan bersenjata semakin kuat menguasai
wilayah pantai. [21]
Pada
masa Aurangzeb, pemberontakan terhadap pemerintahan pusat memang sudah muncul,
tetapi dapat diatasi. Pemberontakan itu bermula dari tindakan-tindakan
Aurangzeb yang dengan keras menerapkan pemikiran puritanismenya. Setelah ia
wafat, penerusnya rata-rata lemah dan tidak mampu menghadapi problema yang
ditinggalkannya. Sepeninggal Aurangzeb (1707 M), tahta kerajaan dipegang oleh
Muazzam, putra tertua Aurangzeb yang sebelumnya menjadi penguasa di Kabul.
Putra Aurangzeb ini kemudian bergelar Bahadur Syah (1707-1712 M). Ia menganut
aliran Syi'ah. Pada masa pemerintahannya yang berjalan selama lima tahun, ia
dihadapkan pada perlawanan penduduk Lahore karena sikapnya yang terlampau
memaksakan ajaran Syi'ah kepada mereka.[22]
Setelah
Bahadur Syah meninggal, dalam jangka waktu yang cukup lama, terjadi perebutan
kekuasaan di kalangan keluarga istana, Bahadur Syah diganti oleh anaknya,
Azimus Syah. Akan tetapi, pemerintahannya ditantang oleh Zulfiqar Khan, putra
Azad Khan, Wazir Aurangzeb. Azimur Syah meninggal tahun 1712 M, dan diganti
oleh putranya, Jihandar Syah, yang mendapat tantangan dari Farukh Siyar,
adiknya sendiri. Jihandar Syah dapat disingkirkan oleh Farukh Siyar tahun 1713
M.
Farukh
Siyar berkuasa sampai tahun 1719 M dengan dukungan kelompok sayyid, tapi ia
tewas di tangan para pendukungnya sendiri (1719M). Sebagai penggantinya
diangkat Muhammad Syah (1719-1748 M). Namun ia dan pendukungnya terusir oleh
suku Asyfar di bawah pimpinan Nadir Syah yang sebelumnya telah berhasil
melenyapkan kekuasaan Safawi di Persia. Keinginan Nadir Syah untuk menundukkan
kerajaan Mughal terutama karena menurutnya, kerajaan ini banyak sekali
memberikan bantuan kepada pemberontak Afghan di daerah Persia.[23]
Oleh
karena itu, pada tahun 1739 M, dua tahun setelah menguasai Persia, ia menyerang
kerajaan Mughal. Muhammad Syah tidak dapat bertahan dan mengaku tunduk kepada
Nadir Syah. Muhammad Syah kembali berkuasa di Delhi, setelah ia bersedia
memberi hadiah yang sangat banyak kepada Nadir Syah. Kerajaan Mughal baru dapat
melakukan restorasi kembali, terutama setelah jabatan wazir dipegang oleh Chin
Qilich Khan yang bergelar Nizam al-Mulk (1722-1732 M) karena mendapat dukungan
dari Marathas. Akan tetapi tahun 1732 M, Nizam al-Mulk meninggalkan Delhi
menuju Hiderabad dan menetap disana. Konflik-konflik yang berkepanjangan
mengakibatkan pengawasan terhadap daerah lemah.[24]
Setelah
Muhamamd Syah meninggal, tahta kerajaan dipegang oleh Ahmad Syah (1748-1754 M)
kemudian diteruskan oleh Alamghir II (1754-1759 M), dan kemudian diteruskan
oleh Syah Alam (1761-1806 M). Pada tahun 1761 M, kerajaan Mughal diserang oleh
Ahmad Khan Durrani dari Afghan. Kerajaan Mughal tidak dapat bertahan dan sejak
itu Mughal berada di bawah kekuasaan Afghan. Meskipun Syah Alam tetap diijinkan
memakai gelar sultan.
Ketika
kerajaan Mughal memasuki keadaan yang lemah seperti ni, pada tahun itu juga,
perusahaan Inggris (EIC) yang sudah semakin kuat mengangkat senjata melawan
pemerintah kerajaan Mughal. Peperangan berlangsung berlarut-larut. Akhirnya,
Syah Alam membuat perjanjian damai dengan menyerahkan Qudh, Bengal dan Orisa
kepada Inggris.[25]
Sementara itu, Najib al-Daula, wazir Mughal dikalahkan oleh aliansi Sikh-Hindu,
sehingga Delhi di kuasai oleh Sindhia dari Marathas. Akan tetapi Sindhia dapat
dihalau kembali oleh Syah Alam dengan bantuan Inggris (1803 M).[26]
Syah
Alam meninggal tahun 1806 M. Tahta kerajaan selanjutnya dipegang oleh Akbar II
(1806-1837 M). Pada masa pemerintahannya Akbar memberi konsesi kepada EIC untuk
mengembangkan usahanya di anak benua India sebagaimana yang diinginkan Inggris,
tapi pihak perusahaan harus menjamin kehidupan raja dan keluarga istana. Dengan
demikian, kekuasaan sudah berada di tangan Inggris, meskipun kedudukan dan
gelar sultan dipertahankan. Bahadur Syah (1837-1858 M), penerus Akbar, tidak
menerima isi perjanjian antara EIC dengan ayahnya itu, sehingga terjadi konflik
antara kedua kekuatan tersebut.
Pada
waktu yang sama, pihak EIC mengalami kerugian, karena penyelenggaraan
administrasi perusahaan yang kurang efisien, padahal mereka harus tetap
menjamin kehidupan istana. Untuk menutupi kerugian dan sekaligus memenuhi
kebutuhan istana, EIC mengadakan pungutan yang tinggi terhadap rakyat secara
ketat dan cenderung kasar. Karena rakyat merasa ditekan, maka mereka, baik yang
beragama Hindu maupun Islam bangkit mengadakan pemberontakan. Mereka meminta
kepada Bahadur Syah untuk menjadi lambang perlawanan itu dalam rangka
mengembalikan kekuasaan kerajaan Mughal di India. Dengan demikian, terjadilah
perlawanan rakyat India terhadap kekuatan Inggris pada bulan Mei 1857 M.
Perlawanan
mereka dapat dipatahkan dengan mudah, karena Inggris mendapat dukungan dari
beberapa penguasa lokal Hindu dan Muslim. Inggris kemudian menjatuhkan hukuman
yang kejam terhadap para pemberontak. Mereka diusir dari kota Delhi.
Rumah-rumah ibadah banyak yang dihancurkan, dan Bahadur Syah, raja Mughal
terakhir, diusir dari istana (1858M). Dengan demikian berakhirlah sejarah
kekuasaan Dinasti Mughal di daratan India dan tinggallah disana umat Islam yang
harus berjuang mempertahankan eksistensi mereka.
III.
PENUTUP/KESIMPULAN
Pembentukan
kerajaan Mughal di India menjadi kerajaan Islam terjadi pada masa kekuasaan
dinasti Bani Umayyah yaitu pada masa khalifah al Walid yang di pimpin oleh
panglima Muhammad Ibnu Qasim. Dalam penaklukan wilayah India ini, kemudian
pasukan Ghaznawiyyah dibawah pimpinan Sultan al Makmun mengembangkan kedudukan
Islam di wilayah ini, dan berhasil menaklukkan kekuasaan Hindu, dan
mengIslamkan sebagian masyarakt India pada tahun 1020 M . Setelah dinasti
Ghaznawiyyah hancur, muncul dinasti-dinasti kecil seperti Mamluk (1026-1290 M),
Halji (296-1316 M), Tuglug (1320-1412 M), dan dinasti-dinasti lain.
DAFTAR
PUSTAKA