A.
Keadaan Sosial Ekonomi
1. Pengertian Konsep (Sosial Ekonomi)
Menurut
Ronald A. Hardert Dkk dalam bukunya Confronting
Social Problem, status adalah the degree of social acclaim and prestige a role receive.
High status bring admiration and respect, and is a source of positive
attraction. Conversely, low status result in lack of admiration, social
rejection, and avoidance.[1]
Status
sosial ekonomi mengandung pengertian tingi rendahnya status sosial ditentukan
oleh faktor ekonomi. Dengan kata lain tinggi rendahnya status sosial seseorang
ditentukan oleh alokasi sumber-sumber ekonomi atau berhubungan dengan produksi,
distribusi dan pertukaran.[2]
Status sosial
ekonomi mempengaruhi pandangan atau persepsi seseorang tentang suatu hal,
termasuk pandangan terhadap hubungan antar umat beragama. Seseorang yang
berstatus sosial ekonomi tinggi biasanya mempunyai pandangan yang lebih
terbuka, karena mobilitas sosial yang dicapainya, ia lebih mungkin untuk
bertemu dengan hal-hal baru dan pandangan-pandangan baru dari pada mereka yang
berstatus sosial rendah. Perbedaan status sosial ekonomi antar individu dalam
masyarakat akan memberikan gambaran variatif tentang sikap atau pandangan
terhadap hubungan antar umat beragama.
2. Klasifikasi Kehidupan Sosial Ekonomi
Faktor penunjang status sosial ekonomi ini akan dilihat melalui tiga aspek
yaitu aspek pendidikan, pekerjaan dan kekayaan/penghasilan. Faktor sosial ekonomi yang dimaksud adalah strata sosial ekonomi suatu
lingkungan rumah tangga atau keluarga, yaitu
suatu usaha yang dilakukan guna memenuhi kebutuhan rumah tangga termasuk
biaya sekolah anak. Satu lingkungan keluarga yang dipimpin oleh ayah dituntut
mengembangkan dan mewujudkan kesejahteraan rumah tangganya dalam arti memiliki
biaya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga ia merasa mampu
untuk berbuat sesuatu yang membutuhkan biaya, seperti mengikuti pendidikan pada
lembaga pendidikan formal, yang dalam hal ini membutuhkan biaya yang banyak dan
secara kontinyu, sehingga dapat menyelesaikan atau menamatkan pendidikan pada
suatu jenis, jenjang dan satuan pendidikan tertentu.
Mengenai hubungan tingkat pendidikan
dengan peningkatan ekonomi ini, Hungtington mengemukakan bahwa “tingkat
perkembangan ekonomi yang lebih baik berpengaruh positif pada peningkatan
jumlah publik yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi dan masyarakat kelas
menengah yang lebih besar”.[3] Keadaan ini akan melahirkan sikap
kultur warga negara yang lebih baik, bertanggung jawab, dan memiliki kepuasan
dan kompetensi yang mendukung terwujudnya demokrasi, seperti yang terlihat pada
gambar berikut:
Publik
yang berpendidikan
lebih tinggi
Sikap kultur
Tingkat perkembangan warga negara dukungan
ekonomi
yang lebih
tanggung jawab bagi demokrasi
baik
kepuasan,
kompetensi
Kelas
menengah yang lebih
besar
Berkaitan dengan hubungan pendidikan dan
perkembangan ekonomi ini, Edgar Faure pada makalahnya tentang "Pendidikan
dan Hari Depan Umat Manusia" (dalam Sindhunata (editor), 2001:4)
menegaskan bahwa kecepatan perkembangan pendidikan dan pengajaran selalu
selaras dengan kecepatan langkah perkembangan ekonomi. Jika ekonomi berkembang
cepat, maka pendidikan pun cenderung cepat mengembangkan pengetahuan guna
menyiapkan tenaga-tenaga yang dibutuhkan pada bidang pembangunan ekonomi.
Dengan demikian, hubungan keduanya
adalah sangat erat dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya,
karena kegiatan pembelajaran dalam pendidikan Islam membutuhkan biaya yang
banyak dan kontinyu, baik pembayaran penyelenggaraannya, maupun biaya pengadaan
sarana perbukuan dan biaya lain untuk mendukung biaya pendidikan anak.
B.
Prestasi Belajar
Dalam menguraikan prestasi belajar, peneliti
menguraikan 2 bagian, yaitu pengertian prestasi belajar dan faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap prestasi belajar.
1. Pengertian Prestasi
Belajar
Untuk menguraikan masalah tersebut, penulis
terlebih dahulu membahas secara terpisah dan terperinci mengenai arti prestasi
dan arti belajar.
a. Arti Prestasi.
Secara
etimologi, prestasi berarti
"hasil yang telah dicapai, (dilakukan, dikerjakan)".[4]
Dengan demikian dapat dipahami bahwa yang
dimaksud dengan istilah prestasi, adalah hasil yang dapat disaksikan dan
dilihat dalam bentuk perbuatan atau tindakan.
Mas'ud Khasan Abdul Qohar, di dalam Kamus
Istilah Pengetahuan Populer, mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan istilah
prestasi adalah “Apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang
menyenangkan, hasil karya, hasil yang diperoleh dengan jalan keuletan bekerja”[5]
Dengan demikian, jelas bahwa istilah prestasi
menunjukkan arti akan adanya hasil usaha atau pekerjaan yang memuaskan atau bernilai
tinggi.
b. Arti Belajar.
H.Engkoswara yang dikutip Sudirman mengemukakan
bahwa, arti dari istilah belajar, adalah :
Proses
perubahan perilaku yang dapat dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan
dan penilaian tentang pengetahuan, sikap dan nilai serta keterampilan.[6]
E.R. Guthrie yang dikutip Arifin, berpendapat
bahwa “belajar adalah "perubahan tingkah laku akibat dari pengalaman yang
diperoleh melalui usaha yang disengaja . . ."[7]
Dengan demikian dapat dipahami bahwa belajar
adalah suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku setelah terjadinya
interaksi dengan sumber belajar dalam hal ini dapat berupa buku, lingkungan,
guru, atau sesama teman.
H.M.Arifin, mengemukakan pengertian tentang
istilah belajar yaitu :
Suatu
rangkaian proses kegiatan response yang terjadi dalam satu rangkaian belajar
mengajar, yang berakhir pada terjadinya perubahan tingkah laku baik jasmaniyah
maupun rohaniyah akibat pengalaman/ pengetahuan yang diperoleh.[8]
Berdasarkan pengertian tentang prestasi dan
pengertian belajar sebagaimana yang telah diuraikan di atas, maka dapat
dipahami bahwa makna yang tercakup dalam
istilah prestasi belajar pada hakikatnya adalah suatu usaha yang dilakukan
secara sadar untuk memperoleh sesuatu hasil yang memuaskan, dalam hal ini
berusaha untuk mencari tahu atau mengetahui sesuatu hal guna memahami, dan
menghayati serta mengamalkannya.
Untuk lebih
mengarah kepada topik pembahasan dalam judul penelitian ini, dapat dipahami
bahwa prestasi belajar diartikan sebagai hasil belajar anak yang diperoleh
setelah mengikuti kegiatan proses belajar mengajar atau interaksi pembelajaran
di kelas, melalui suatu alat penilaian,
yaitu ulangan harian, dan evaluasi ulangan
umum semester.
2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar
Prestasi belajar siswa atau hasil belajar yang diperoleh siswa dalam kurun
waktu tertentu, dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari dalam diri anak itu
sendiri maupun dari luar atau faktor lingkungan anak/siswa.
Untuk membahas lebih jauh
tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar anak/siswa,
peneliti menguraikan secara terpisah 2 faktor, yaitu faktor ekstern, dan faktor
interen.
a. Faktor Ekstern
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap prestasi
belajar siswa dapat dibagi atas 3 (tiga) bagian yaitu: Faktor keluarga, faktor
sekolah dan masyarakat, kesemua faktor tersebut satu sama lainnya saling
terkait dan saling menunjang satu dengan yang lainnya, berikut ini akan
diuraikan satu persatu :
1) Faktor Keluarga
Dalam proses belajar
mengajar sebagai langkah untuk mencapai prestasi belajar yang baik dan
berkualitas, peranan keluarga teramat dominan terhadap perkembangan belajar
tersebut, sebab seorang anak akan senantiasa berkomunikasi dengan keluarganya
dan segala kebutuhan yang bersangkutan dengan kemajuan pendidikan anak terkait
erat dengan kondisi anak tersebut, baik berupa kondisi pendidikan orangtua,
metode atau cara mendidiknya, hubungan inter dan antar keluarga, maupun kondisi
ekonomi keluarga tersebut juga sangat berpengaruh.
Seperti yang dikemukakan oleh Slameto tentang pengertian keluarga sebagai
berikut:
Keluarga
adalah lembaga pendidikan pertama dan utama, keluarga yang sehat besar artinya
untuk pendidikan dalam keluarga, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan
dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.[9]
Sehingga dapat dipahami bahwa keluarga punya
peranan dan fungsi yang cukup menentukan dalam hal ini banyak ditentukan oleh
orang tua.
Bimbingan dan arahan orang tua terkadang terlalu
menekan, disiplin yang terlalu, ini sering menjadi sebab terjadinya kegoncangan
jiwa pada anak. Hal ini juga karena sang anak merasa bahwa mereka membutuhkan
perhatian dan paling tidak, dalam menentukan sikap anak itu sendiri.
Jika disimak lebih jauh akan ditemukan bahwa tingkat kesulitan belajar
yang dialami oleh anak/siswa karena
pengaruh keluarga nampaknya berkaitan erat dengan taraf pendidikan orang tua,
pendidikan orang tua sangat menentukan minat belajar anak-anaknya, orang tua
yang tidak mengetahui cara belajar yang baik karena pendidikan yang kurang
tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan/ engakibatkan kesulitan belajar dan
hubungannya dengan minat belajar itu
sendiri.
2) Faktor Sekolah
Sekolah merupakan rumah kedua selain rumah
tempatnya bernaung, karena di sekolah dapat membina suasana seakan-akan berada
dalam satu keluarga, di sekolah pun mereka akan dapat saling menambah atau
saling mengisi kekurangan dengan saling menukar pengetahuan antar sesama atau antara guru dengan serta unsur yang terkait di dalamnya.
Mengenai pengaruh sekolah
dan perkembangan prestasi belajar anak/siswa yang menyangkut metode belajar,
hubungan antara guru dengan siswa, kedisiplinan, kondisi pelajaran maupun
kondisi antara siswa dengan lingkungan
sekitarnya, begitu pula halnya dengan gedung juga teramat berpengaruh terhadap
adanya minat belajar anak guna mencapai prestasi belajar yang diinginkan, serta
situasi lingkungan sekolah dimana terhindar dari kebisingan seperti pasar,
terminal dan lain sebagainya.
Syarat-syarat yang dapat menimbulkan kenyamanan
dalam belajar mengenai letak sekolah yang baik yakni:
Letak
sekolah dan tempat belajar misalnya harus memenuhi syarat seperti di tempat
yang tidak terlalu dekat dengan kebisingan atau jalan ramai, lalu bangunan itu
harus memenuhi syarat yang telah ditentukan dalam ilmu kesehatan sekolah.[10]
Dari pernyataan tersebut,
maka peneliti dapat mengemukakan suatu kesimpulan bahwa untuk menciptakan
suasana belajar yang kondusif dan tenang pada suatu tempat belajar atau
lingkungan pendidikan, harus bebas dari kebisingan atau gangguan pendengaran,
berupa suara atau bunyi yang terlalu nyaring, disamping keadaan tempat belajar
yang dialami oleh peserta didik di sekolah tersebut juga tidak terlepas dari
pengaruh cahaya dan lain sebagainya.
Menyadari akan besarnya
kontribusi dan pengaruh lingkungan sekolah terhadap perkembangan anak didik
oleh karena itu diharapkan kepada pengelola lembaga pendidikan sekolah agar
senantiasa menyadari akan fungsi dan kedudukannya sebagai salah satu faktor
determinan dalam pendidikan.
3) Faktor Masyarakat
Manusia sebagai makhluk
sosial tentunya saling membutuhkan antara sesamanya dan bahkan terhadap alam
sekitar karena tak seorang pun bisa hidup sendiri tanpa ada bantuan unsur lainnya,
bahkan hidup dan kehidupannya harus senantiasa berkomunikasi dan berusaha untuk
saling memberi dan menerima.
Mengenai pengaruh masyarakat
terhadap prestasi belajar siswa dapat
kita lihat pada kenyataan sehari-hari dimana seorang anak banyak dipengaruhi
oleh sejumlah kegiatan yang dilakukannya dalam hidup bermasyarakat baik berupa
kegiatan sosial, keagamaan dan lain sebagainya.
Dalam pergaulan anak banyak
dipengaruhi oleh pergaulan anak dengan teman bergaulnya, jadi pergaulan anak
ada saling pengaruh mempengaruhi terhadap yang satu dengan yang lainnya,
seperti yang dikemukakan oleh Al Ghazali menyatakan bahwa “. . . dan dilarang
pula bergaul dengan temannya yang biasanya mengucapkan perkataan-perkataan
jahat tersebut sebab kata jahat itu akan menular dari teman-temannya yang
jahat”.[11]
Sehingga dapat dipahami
bahwa pergaulan sangat besar pengaruhnya terhadap tingkah laku anak, apabila
seorang anak bergaul dengan anak yang nakal akan berpengaruh pada teman
bergaulnya dan ini tentu berpengaruh terhadap prestasi dan minat belajar anak
itu sendiri.
Hal lain yang juga
berpengaruh terhadap perkembangan atau peningkatan prestasi belajar anak yakni
kemajuan teknologi terutama media televisi yang merupakan sarana penambah
pengetahuan sekaligus sarana hiburan, hal
ini juga dapat mempengaruhi minat
belajar.
b. Faktor Intern
Faktor intern jauh lebih
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Faktor perkembangan anak jauh
lebih berpengaruh terhadap prestasi belajar anak dibandingkan dengan faktor
ekstern. Adapun faktor intern yang dapat mempengaruhi minat belajar terdiri atas
2 yakni “faktor fisiologis, faktor psikologis”.[12]
Untuk menguraikan lebih jauh
tentang hal tersebut, peneliti membahas secara terpisah dan terperinci mengenai
faktor fisiologis dan faktor psikologis tersebut.
1) Faktor Fisiologis
Seorang anak, kadang kala
prestasi belajarnya mundur sebagai akibat dari minat belajarnya yang terhambat
dan berkurang, disebabkan karena keadaan jasmaninya yang kurang sempurna,
misalnya seorang anak yang mengalami cacat tubuh, mereka merasa bahwa tidak ada
lagi gunanya ia belajar karena pada akahirnya tetap sulit untuk bersaing
mendapatkan pekerjaan disbanding dengan orang yang memilki keadaan jasmani yang
sempurna, ditambah lagi adanya perasaan rendah diri dan hilangnya kepercayaan
diri yang senantiasa mengusik kehidupannya, belum lagi adanya ejekan dari
orang-orang yang ada di sekitarnya, dengan minat belajar mereka yang mungkin
berkurang, akan menyebabkan prestasi belajarnya pula rendah.
Disamping cacat tubuh
sebagai salah satu faktor yang dapat menghambat proses pengembangan minat
belajar, juga termasuk kondisi kesehatan, seorang anak yang terganggu
kesehatannya hal itu dapat mengganggu minat belajarnnya sekaligus mengganggu
prestasi belajarnya..
Keadaan jasmani yang segar,
tegar dan bugar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar,
keadaan jasmani yang lelah lain pengaruhnya terhadap prestasi belajar
anak/siswa.
Sehubungan
dengan hal tersebut, ada dua hal yang perlu dikemukakan yakni:
1. Nutrisi
harus cukup karena kekurangan kadar makanan ini akan mengakibatkan kurangnya
kekuatan dan ketahanan jasmani, yang pengaruhnya dapat berupa kelesuan, lekas
mengantuk, lekas lelah dan lain sebagainya.
2. Beberapa
penyakit yang keras dan kronis sangat mengganggu belajar itu. Penyakit-penyakit
seperti pilek, sakit gigi, batuk dan yang sejenis dengan itu biasanya diabaikan
karena dipandang tidak cukup serius untuk mendapatkan perhatian dan pengobatan
akan tetapi semacam ini sangat mengganggu aktivitas belajar itu.[13]
Jadi pada dasarnya faktor jasmani harus dalam
keadaan yang sehat, agar minat belajar guna mencapai prestasi belajar dapat
senantiasa dapat terus terbina, oleh sebab itu kesehatan dan kesegaran jasmani
anak secara umum perlu diperhatikan secara dini karena kesehatan yang terganggu
menyebabkan minat belajar akan terganggu pula.
2) Faktor Psikologis
Secara psikologis ada beberapa hal yang dapat
menyebabkan terjadinya hambatan terhadap minat belajar yang dengan sendirinya
tidak dapat tercapai prestasi belajar yang diharapkan, yaitu intelegensi,
motivasi, dan kesiapan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan uraian berikut:
Faktor intelegensi merupakan faktor yang sangat
menentukan laju perkembangan minat belajar karena meskipun akan dipaksakan
untuk belajar sesuatu tetapi sudah barang tentu jika anak itu tergolong idiot
maka harapan untuk menimbulkan minat belajar boleh dikatakan hampir sia-sia
saja, mengenai faktor motivasi dan kesiapan itu masih dapat diarahkan.
Untuk mencegah terjadinya
gangguan dalam proses pengembangan minat belajar agar mencapai prestasi belajar
yang diharapkan, maka dibutuhkan adanya kesiapan baik anak atau siswa itu
sendiri maupun untuk pendidik selaku pengarah minat belajar dalam usaha mencapai
prestasi belajar yang diharapkan.
Selain faktor yang telah disebutkan, juga sangat
berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa adalah proses
belajar mengajar (PBM) yang berjalan efektif dan berdaya guna.
Proses belajar mengajar dapat berjalan efektif
bila seluruh komponen yang dalam PBM saling mendukung dalam rangka mencapai
tujuan yang dicita-citakan. Komponen tersebut adalah :
Tujuan
interaksi belajar mengajar yang diharapkan, Bahan/pesan yang akan disampaikan
pada anak didik, Pendidik dan si anak didik (terdidik), Alat/sarana yang
digunakan untuk menunjang tercapainya tujuan, Metode yang digunakan untuk
menyampaikan bahan (materi), Situasi lingkungan untuk menyampaikan bahan agar
tercapai tujuan[14]
Dengan demikian dapat dipahami bahwa faktor-faktor
yang juga sangat berpengaruh dalam meningkatkan prestasi belajar anak/siswa,
adalah faktor pendidik, anak didik, tujuan pendidikan, metode dan alat
pendidikan, serta lingkungan pendidikan.
a. Pendidik.
Yaitu orang dewasa jasmani maupun rohaninya,
yang diserahi tugas dan tanggung jawab untuk memimpin, membimbing dan menolong atau
mengarahkan anak yang belum dewasa jasmani maupun rohaninya menuju
kesempurnaannya atau kedewasaannya.
b. Peserta Didik.
Peserta didik yang dimaksudkan penulis adalah anak
didik, yaitu anak yang menjadi obyek pendidikan atau yang dikenai pekerjaan
mendidik. Jadi, mereka adalah manusia yang belum dewasa fisik dan mental, sehingga untuk
mengefisienkan pembelajaran yang diarahkan kepadanya, maka subyek didik
dituntut memenuhi dan memperhatikan segala kebutuhan psikologis anak tersebut,
yaitu “Kebutuhan akan rasa sayang, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan
rasa harga diri, kebutuhan akan rasa bebas, kebutuhan akan rasa sukses, dan
kebutuhan akan rasa tahu (mengenal).[15]
Selanjutnya seorang filosof
Islam, yaitu Ibnu Sina dalam bukunya yang berjudul “al Qanun”, yang
dikutip Ahmad Syalabi dalam bukunya yang berjudul “Tarikhut Tarbiyyah al
Islamiyyah”, beliau mengatakan bahwa :
Kita harus menumpahkan perhatian untuk memelihara
akhlak anak-anak dengan cara menjaga agar ia jangan sampai menjadi amarah atau
takut yang amat sangat atau rasa sedih atau kurang tidur. Dan juga haruslah
diperhatikan setiap saat hal-hal apakah
yang menjadi keinginan
dan kesenangannya, lalu kita usahakan
agar ia memperolehnya . . . [16]
Dengan keterangan tesebut di atas, dapat
dipahami bahwa keberhasilan pendidikan setiap anak, atau peserta didik adalah
tergantung pada orang tua dan gurunya.
c. Tujuan Pendidikan.
Pendidikan pada umumnya, dan khususnya
pendidikan agama Islam merupakan suatu
usaha yang bertujuan untuk
mewujudkan tujuan hidup manusia sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah swt,
yaitu manusia yang senantiasa mengabdi kepada-Nya dalam arti luas, maksudnya
adalah manusia yang senantiasa menjabarkan akhlak terpuji yaitu yang bernilai
ibadah dalam kehidupannya baik dalam bentuk berbicara, bertindak/berbuat,
bahkan dalam bentuk berpikir. Dengan kata lain, bahwa tujuan pendidikan
khususnya pendidikan agama Islam adalah memanusiakan manusia, artinya manusia
yang senantiasa memelihara hubungan dengan Allah swt., secara vertikal dan
memelihara hubungan dengan sesama makhluk secara horisontal.
d. Alat Pendidikan.
Yaitu "segala alat yang digunakan untuk
mencapai tujuan yang dicita-citakan, seperti
alat sebagai tindakan
guru dan alat berupa sarana dan
fasilitas pendidikan".[17]
1) Alat
sebagai tindakan guru,
seperti kurikulum, dan
metode mengajar.
a) Kurikulum.
Yaitu jalan terang yang dilalui oleh pendidik dengan
orang-orang yang dididik untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan
dan sikap mereka.[18]
b) Metode.
Yaitu jalan yang kita ikuti untuk memberi faham kepada
murid-murid segala macam pelajaran, dalam segala mata pelajaran. Ia adalah
rencana yang dibuat sebelum memasuki kelas, dan diterapkan di kelas sesudah
memasukinya.[19]
2) Alat berupa sarana pendidikan, seperti :
a) Alat
pendidikan untuk guru seperti buku pegangan, alat peraga, atlas, gambar Ka’bah,
dan gambar mesjid.
b) Alat pendidikan untuk murid, seperti alat tulis
menulis.
c) Alat pendidikan untuk klasikal, seperti
kapur dan papan tulis, serta lain-lainnya.
e. Lingkungan
Pendidikan.
Yaitu sekitar tempat keberadaan anak didik, dalam hal ini masyarakat
sebagai tetangga rumah atau tetangga sekolah. Suasana lingkungan pendidikan
tersebut dituntut kondusif dan bernilai paedagogik bagi anak.
Bertitik tolak dari uraian pada sub ini, peneliti
berkesimpulan bahwa prestasi belajar adalah pencapaian atau perolehan hasil
belajar melalui ulangan harian, ulangan sub sumatif, dan melalui ulangan umum
semester atau cawu. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar
siswa tersebut adalah faktor intern atau dari dalam diri sendiri dan faktor
dari luar yaitu faktor lingkungan.
Selain itu, faktor yang dominan juga dan sangat berpengaruh
terhadap peningkatan prestasi belajar siswa, adalah pendidik, anak didik,
tujuan, alat atau sarana serta lingkungan pendidikan. Justru itulah
masing-masing faktor tersebut dituntut memainkan peranan aktif dan positif
dalam upaya meningkatkan
prestasi belajar siswa.
3.
Indikator Prestasi Belajar
Pada prinsipnya
hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai
akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian pengungkapan tingkah
laku seluruh ranah itu. Khususnya rana rasa murid, sangat sulit. Hal ini
disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible
(tidak dapat dirubah) oleh karena itu yang dapat dilakukan guru dalam hal ini
adalah hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting di
rapatkan dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil
belajar siswa baik yang berdimensi cipta, rasa maupun yang berdimensi karsa.
Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa yang terurai
diatas adalah mengetahui garis-garis besar indikator (petunjuk adanya prestasi
tertentu) di kaitkan jenis prestasi yang hendak di ungkap atau di ukur.
Lebih jauh
penulis kemukakan dua macam pendekatan yang amat populer dalam mengevaluasi
atau menilai tingkat keberhasilan / prestasi belajar yakni :
1. Pendekatan Penilaian acuan Norma (PAN) Norm
Refrenced Assesment.
Dalam
penilaian yang menggunakan pendekatan PAN menurut Tardifel, sebagaimana dikutip
Muhibbah Syam, dengan cara membandingkan dengan prestasi yang dicapai
teman-teman sekolah atau kelompok".[20]
2. Pendekatan
Penilaian Acuan Kriteria
Penilaian dengan
pendekatan PAK menurut Tardifel, sebagaimana dikutip Muhibbah Syam,
"merupakan proses pengukuran prestasi belajar dengan cara membandingkan
pencapaian siswa dengan berbagai prilaku atau ranah yang ditetapkan secara
baik, dan mutlak yang merujuk pada tujuan pembelajaran umum dan khusus".[21]
Jadi evaluasi prestasi belajar
meliputi : prestasi kognitif, prestasi afektif dan prestasi psikomotorik. Artinya,
bahwa
kualifikasi atau kemampuan yang harus dicapai oleh siswa setelah menyelesaikan
program mata pelajaran tertentu, meliputi aspek kognitif, afektif, maupun dari aspek
psikomotoriknya.
1. Prestasi belajar dari segi kognitifnya, yaitu siswa
memperoleh perubahan setelah mengikuti pembelajaran, berupa bertambahnya
pengetahuan, dalam hal ini:
Know lidge, yaitu
pengetahuan yang diperoleh atau dari tidak tahu menjadi tahu.
Konprehension, yaitu
pemahaman yang diperoleh atau dapat memperluas hasil belajarnya,
Aplication, yaitu dapat
mempergunakan pengetahuannya,
Analitis, yaitu dapat
menguraikan pengetahuan yang diperolehnya,
Sintetis, yaitu
dapat menyimpulkan pengetahuannya secara sistematis.
Evaluation, yaitu siswa dapat
mempertimbangkan nilai dari pengetahuannya.[22]
b. Prestasi belajar
dari segi afektifnya, yaitu perubahan-perubahan berupa sikap dan tingkah laku
yang spesifik (actual behavorial).
c. Prestasi belajar
dari segi psikomotoriknya, yaitu perubahan-perubahan pada diri anak berupa
bertambahnya keterampilan setelah mengikuti kegiatan proses belajar mengajar.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa prestasi belajar siswa
adalah hasil yang diperoleh peserta didik/siswa setelah mengikuti pembelajaran,
dalam hal ini ia memiliki sikap mental yang berdaya guna dan bernilai ibadah
yang senantiasa terjabarkan dalam kehidupannya sehari-hari, baik berupa
tindakan dan perbuatan maupun dalam ucapan.
Untuk lebih mengarah kepada topik pembahasan dalam judul
skripsi ini, dapat dikemukakan bahwa prestasi belajar diartikan sebagai hasil
belajar anak yang diperoleh setelah mengikuti proses belajar mengajar di kelas,
melalui suatu alat penilaian, yaitu ulangan harian, dan evaluasi ulangan umum semester.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar