Selasa, 21 September 2010

Andi Bs Asmarani, S.Pd.I. TINJAUAN TENTANG KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI DAN PRESTASI BELAJAR

Andi Bs Asmarani 

A. Keadaan Sosial Ekonomi

1. Pengertian Konsep (Sosial Ekonomi)
Menurut Ronald A. Hardert Dkk dalam bukunya Confronting Social Problem, status adalah the degree of social acclaim and prestige a role receive. High status bring admiration and respect, and is a source of positive attraction. Conversely, low status result in lack of admiration, social rejection, and avoidance.[1]
Status sosial ekonomi mengandung pengertian tingi rendahnya status sosial ditentukan oleh faktor ekonomi. Dengan kata lain tinggi rendahnya status sosial seseorang ditentukan oleh alokasi sumber-sumber ekonomi atau berhubungan dengan produksi, distribusi dan pertukaran.[2]
Status sosial ekonomi mempengaruhi pandangan atau persepsi seseorang tentang suatu hal, termasuk pandangan terhadap hubungan antar umat beragama. Seseorang yang berstatus sosial ekonomi tinggi biasanya mempunyai pandangan yang lebih terbuka, karena mobilitas sosial yang dicapainya, ia lebih mungkin untuk bertemu dengan hal-hal baru dan pandangan-pandangan baru dari pada mereka yang berstatus sosial rendah. Perbedaan status sosial ekonomi antar individu dalam masyarakat akan memberikan gambaran variatif tentang sikap atau pandangan terhadap hubungan antar umat beragama.

2. Klasifikasi Kehidupan Sosial Ekonomi                     
Faktor penunjang status sosial ekonomi ini akan dilihat melalui tiga aspek yaitu aspek pendidikan, pekerjaan dan kekayaan/penghasilan. Faktor sosial ekonomi yang dimaksud adalah strata sosial ekonomi suatu lingkungan rumah tangga atau keluarga, yaitu  suatu usaha yang dilakukan guna memenuhi kebutuhan rumah tangga termasuk biaya sekolah anak. Satu lingkungan keluarga yang dipimpin oleh ayah dituntut mengembangkan dan mewujudkan kesejahteraan rumah tangganya dalam arti memiliki biaya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga ia merasa mampu untuk berbuat sesuatu yang membutuhkan biaya, seperti mengikuti pendidikan pada lembaga pendidikan formal, yang dalam hal ini membutuhkan biaya yang banyak dan secara kontinyu, sehingga dapat menyelesaikan atau menamatkan pendidikan pada suatu jenis, jenjang dan satuan pendidikan tertentu.
Mengenai hubungan tingkat pendidikan dengan peningkatan ekonomi ini, Hungtington mengemukakan bahwa “tingkat perkembangan ekonomi yang lebih baik berpengaruh positif pada peningkatan jumlah publik yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi dan masyarakat kelas menengah yang lebih besar”.[3] Keadaan ini akan melahirkan sikap kultur warga negara yang lebih baik, bertanggung jawab, dan memiliki kepuasan dan kompetensi yang mendukung terwujudnya demokrasi, seperti yang terlihat pada gambar berikut:

         Publik yang berpendidikan
         lebih tinggi



                                              Sikap kultur       
Tingkat perkembangan                               warga negara                        dukungan 
ekonomi yang lebih                                     tanggung jawab                    bagi demokrasi
baik                                                              kepuasan,
                                                                     kompetensi
 

                           

                            Kelas menengah yang lebih
                            besar      

Berkaitan dengan hubungan pendidikan dan perkembangan ekonomi ini, Edgar Faure pada makalahnya tentang "Pendidikan dan Hari Depan Umat Manusia" (dalam Sindhunata (editor), 2001:4) menegaskan bahwa kecepatan perkembangan pendidikan dan pengajaran selalu selaras dengan kecepatan langkah perkembangan ekonomi. Jika ekonomi berkembang cepat, maka pendidikan pun cenderung cepat mengembangkan pengetahuan guna menyiapkan tenaga-tenaga yang dibutuhkan pada bidang pembangunan ekonomi.
Dengan demikian, hubungan keduanya adalah sangat erat dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, karena kegiatan pembelajaran dalam pendidikan Islam membutuhkan biaya yang banyak dan kontinyu, baik pembayaran penyelenggaraannya, maupun biaya pengadaan sarana perbukuan dan biaya lain untuk mendukung biaya pendidikan anak.

 

B. Prestasi Belajar

Dalam menguraikan prestasi belajar, peneliti menguraikan 2 bagian, yaitu pengertian prestasi belajar dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar.
1. Pengertian Prestasi Belajar
Untuk menguraikan masalah tersebut, penulis terlebih dahulu membahas secara terpisah dan terperinci mengenai arti prestasi dan arti belajar.
a. Arti Prestasi.
Secara  etimologi,  prestasi   berarti  "hasil  yang  telah dicapai, (dilakukan, dikerjakan)".[4]  
Dengan demikian dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan istilah prestasi, adalah hasil yang dapat disaksikan dan dilihat dalam bentuk perbuatan atau tindakan.
Mas'ud Khasan Abdul Qohar, di dalam Kamus Istilah Pengetahuan Populer, mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan istilah prestasi adalah “Apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan, hasil karya, hasil yang diperoleh dengan jalan keuletan bekerja”[5]
Dengan demikian, jelas bahwa istilah prestasi menunjukkan arti akan adanya hasil usaha atau pekerjaan yang memuaskan atau bernilai tinggi.
b. Arti Belajar.
H.Engkoswara yang dikutip Sudirman mengemukakan bahwa, arti dari istilah belajar, adalah :
Proses perubahan perilaku yang dapat dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian tentang pengetahuan, sikap dan nilai serta keterampilan.[6]   

E.R. Guthrie yang dikutip Arifin, berpendapat bahwa “belajar adalah "perubahan tingkah laku akibat dari pengalaman yang diperoleh melalui usaha yang disengaja . . ."[7]   
Dengan demikian dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku setelah terjadinya interaksi dengan sumber belajar dalam hal ini dapat berupa buku, lingkungan, guru, atau sesama teman.
H.M.Arifin, mengemukakan pengertian tentang istilah belajar yaitu :
Suatu rangkaian proses kegiatan response yang terjadi dalam satu rangkaian belajar mengajar, yang berakhir pada terjadinya perubahan tingkah laku baik jasmaniyah maupun rohaniyah akibat pengalaman/ pengetahuan yang diperoleh.[8]
 
Berdasarkan pengertian tentang prestasi dan pengertian belajar sebagaimana yang telah diuraikan di atas, maka dapat dipahami bahwa makna  yang tercakup dalam istilah prestasi belajar pada hakikatnya adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar untuk memperoleh sesuatu hasil yang memuaskan, dalam hal ini berusaha untuk mencari tahu atau mengetahui sesuatu hal guna memahami, dan menghayati serta mengamalkannya.
Untuk lebih mengarah kepada topik pembahasan dalam judul penelitian ini, dapat dipahami bahwa prestasi belajar diartikan sebagai hasil belajar anak yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan proses belajar mengajar atau interaksi pembelajaran di kelas, melalui suatu   alat penilaian, yaitu ulangan harian, dan  evaluasi ulangan umum semester.

2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar

Prestasi belajar siswa atau hasil belajar yang diperoleh siswa dalam kurun waktu tertentu, dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari dalam diri anak itu sendiri maupun dari luar atau faktor lingkungan anak/siswa.
Untuk membahas lebih jauh tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar anak/siswa, peneliti menguraikan secara terpisah 2 faktor, yaitu faktor ekstern, dan faktor interen.

a. Faktor Ekstern
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa dapat dibagi atas 3 (tiga) bagian yaitu: Faktor keluarga, faktor sekolah dan masyarakat, kesemua faktor tersebut satu sama lainnya saling terkait dan saling menunjang satu dengan yang lainnya, berikut ini akan diuraikan satu persatu :
1) Faktor Keluarga
Dalam proses belajar mengajar sebagai langkah untuk mencapai prestasi belajar yang baik dan berkualitas, peranan keluarga teramat dominan terhadap perkembangan belajar tersebut, sebab seorang anak akan senantiasa berkomunikasi dengan keluarganya dan segala kebutuhan yang bersangkutan dengan kemajuan pendidikan anak terkait erat dengan kondisi anak tersebut, baik berupa kondisi pendidikan orangtua, metode atau cara mendidiknya, hubungan inter dan antar keluarga, maupun kondisi ekonomi keluarga tersebut juga sangat berpengaruh.
Seperti yang dikemukakan oleh  Slameto tentang pengertian keluarga sebagai berikut:
Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama, keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan dalam keluarga, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.[9]

Sehingga dapat dipahami bahwa keluarga punya peranan dan fungsi yang cukup menentukan dalam hal ini banyak ditentukan oleh orang tua.
Bimbingan dan arahan orang tua terkadang terlalu menekan, disiplin yang terlalu, ini sering menjadi sebab terjadinya kegoncangan jiwa pada anak. Hal ini juga karena sang anak merasa bahwa mereka membutuhkan perhatian dan paling tidak, dalam menentukan sikap anak itu sendiri.
Jika disimak lebih jauh akan ditemukan bahwa tingkat kesulitan belajar yang dialami  oleh anak/siswa karena pengaruh keluarga nampaknya berkaitan erat dengan taraf pendidikan orang tua, pendidikan orang tua sangat menentukan minat belajar anak-anaknya, orang tua yang tidak mengetahui cara belajar yang baik karena pendidikan yang kurang tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan/ engakibatkan kesulitan belajar dan hubungannya dengan minat belajar  itu sendiri.
2) Faktor Sekolah
Sekolah merupakan rumah kedua selain rumah tempatnya bernaung, karena di sekolah dapat membina suasana seakan-akan berada dalam satu keluarga, di sekolah pun mereka akan dapat saling menambah atau saling mengisi kekurangan dengan saling menukar pengetahuan antar sesama  atau antara guru dengan  serta unsur yang terkait di dalamnya.
Mengenai pengaruh sekolah dan perkembangan prestasi belajar anak/siswa yang menyangkut metode belajar, hubungan antara guru dengan siswa, kedisiplinan, kondisi pelajaran maupun kondisi antara  siswa dengan lingkungan sekitarnya, begitu pula halnya dengan gedung juga teramat berpengaruh terhadap adanya minat belajar anak guna mencapai prestasi belajar yang diinginkan, serta situasi lingkungan sekolah dimana terhindar dari kebisingan seperti pasar, terminal dan lain sebagainya.
Syarat-syarat yang dapat menimbulkan kenyamanan dalam belajar mengenai letak sekolah yang baik yakni:
Letak sekolah dan tempat belajar misalnya harus memenuhi syarat seperti di tempat yang tidak terlalu dekat dengan kebisingan atau jalan ramai, lalu bangunan itu harus memenuhi syarat yang telah ditentukan dalam ilmu kesehatan sekolah.[10]

Dari pernyataan tersebut, maka peneliti dapat mengemukakan suatu kesimpulan bahwa untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif dan tenang pada suatu tempat belajar atau lingkungan pendidikan, harus bebas dari kebisingan atau gangguan pendengaran, berupa suara atau bunyi yang terlalu nyaring, disamping keadaan tempat belajar yang dialami oleh peserta didik di sekolah tersebut juga tidak terlepas dari pengaruh cahaya dan lain sebagainya.
Menyadari akan besarnya kontribusi dan pengaruh lingkungan sekolah terhadap perkembangan anak didik oleh karena itu diharapkan kepada pengelola lembaga pendidikan sekolah agar senantiasa menyadari akan fungsi dan kedudukannya sebagai salah satu faktor determinan dalam pendidikan.

3) Faktor Masyarakat
Manusia sebagai makhluk sosial tentunya saling membutuhkan antara sesamanya dan bahkan terhadap alam sekitar karena tak seorang pun bisa hidup sendiri tanpa ada bantuan unsur lainnya, bahkan hidup dan kehidupannya harus senantiasa berkomunikasi dan berusaha untuk saling memberi dan menerima.
Mengenai pengaruh masyarakat terhadap prestasi belajar siswa  dapat kita lihat pada kenyataan sehari-hari dimana seorang anak banyak dipengaruhi oleh sejumlah kegiatan yang dilakukannya dalam hidup bermasyarakat baik berupa kegiatan sosial, keagamaan dan lain sebagainya.
Dalam pergaulan anak banyak dipengaruhi oleh pergaulan anak dengan teman bergaulnya, jadi pergaulan anak ada saling pengaruh mempengaruhi terhadap yang satu dengan yang lainnya, seperti yang dikemukakan oleh Al Ghazali menyatakan bahwa “. . . dan dilarang pula bergaul dengan temannya yang biasanya mengucapkan perkataan-perkataan jahat tersebut sebab kata jahat itu akan menular dari teman-temannya yang jahat”.[11]
Sehingga dapat dipahami bahwa pergaulan sangat besar pengaruhnya terhadap tingkah laku anak, apabila seorang anak bergaul dengan anak yang nakal akan berpengaruh pada teman bergaulnya dan ini tentu berpengaruh terhadap prestasi dan minat belajar anak itu sendiri.
Hal lain yang juga berpengaruh terhadap perkembangan atau peningkatan prestasi belajar anak yakni kemajuan teknologi terutama media televisi yang merupakan sarana penambah pengetahuan    sekaligus sarana hiburan, hal ini juga dapat mempengaruhi minat  belajar.
b. Faktor Intern
Faktor intern jauh lebih berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Faktor perkembangan anak jauh lebih berpengaruh terhadap prestasi belajar anak dibandingkan dengan faktor ekstern. Adapun faktor intern yang dapat mempengaruhi minat belajar terdiri atas 2 yakni “faktor fisiologis, faktor psikologis”.[12]
Untuk menguraikan lebih jauh tentang hal tersebut, peneliti membahas secara terpisah dan terperinci mengenai faktor fisiologis dan faktor psikologis tersebut.
1) Faktor Fisiologis
Seorang anak, kadang kala prestasi belajarnya mundur sebagai akibat dari minat belajarnya yang terhambat dan berkurang, disebabkan karena keadaan jasmaninya yang kurang sempurna, misalnya seorang anak yang mengalami cacat tubuh, mereka merasa bahwa tidak ada lagi gunanya ia belajar karena pada akahirnya tetap sulit untuk bersaing mendapatkan pekerjaan disbanding dengan orang yang memilki keadaan jasmani yang sempurna, ditambah lagi adanya perasaan rendah diri dan hilangnya kepercayaan diri yang senantiasa mengusik kehidupannya, belum lagi adanya ejekan dari orang-orang yang ada di sekitarnya, dengan minat belajar mereka yang mungkin berkurang, akan menyebabkan prestasi belajarnya pula rendah.
Disamping cacat tubuh sebagai salah satu faktor yang dapat menghambat proses pengembangan minat belajar, juga termasuk kondisi kesehatan, seorang anak yang terganggu kesehatannya hal itu dapat mengganggu minat belajarnnya sekaligus mengganggu prestasi belajarnya..
Keadaan jasmani yang segar, tegar dan bugar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar, keadaan jasmani yang lelah lain pengaruhnya terhadap prestasi belajar anak/siswa.
Sehubungan dengan hal tersebut, ada dua hal yang perlu dikemukakan yakni:
1.   Nutrisi harus cukup karena kekurangan kadar makanan ini akan mengakibatkan kurangnya kekuatan dan ketahanan jasmani, yang pengaruhnya dapat berupa kelesuan, lekas mengantuk, lekas lelah dan lain sebagainya.
2.   Beberapa penyakit yang keras dan kronis sangat mengganggu belajar itu. Penyakit-penyakit seperti pilek, sakit gigi, batuk dan yang sejenis dengan itu biasanya diabaikan karena dipandang tidak cukup serius untuk mendapatkan perhatian dan pengobatan akan tetapi semacam ini sangat mengganggu aktivitas belajar itu.[13]

Jadi pada dasarnya faktor jasmani harus dalam keadaan yang sehat, agar minat belajar guna mencapai prestasi belajar dapat senantiasa dapat terus terbina, oleh sebab itu kesehatan dan kesegaran jasmani anak secara umum perlu diperhatikan secara dini karena kesehatan yang terganggu menyebabkan minat belajar akan terganggu pula.
2) Faktor Psikologis
Secara psikologis ada beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya hambatan terhadap minat belajar yang dengan sendirinya tidak dapat tercapai prestasi belajar yang diharapkan, yaitu intelegensi, motivasi, dan kesiapan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan uraian  berikut:
Faktor intelegensi merupakan faktor yang sangat menentukan laju perkembangan minat belajar karena meskipun akan dipaksakan untuk belajar sesuatu tetapi sudah barang tentu jika anak itu tergolong idiot maka harapan untuk menimbulkan minat belajar boleh dikatakan hampir sia-sia saja, mengenai faktor motivasi dan kesiapan itu masih dapat diarahkan.
Untuk mencegah terjadinya gangguan dalam proses pengembangan minat belajar agar mencapai prestasi belajar yang diharapkan, maka dibutuhkan adanya kesiapan baik anak atau siswa itu sendiri maupun untuk pendidik selaku pengarah minat belajar dalam usaha mencapai prestasi belajar yang diharapkan.
Selain faktor yang telah disebutkan, juga sangat berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa adalah proses belajar mengajar (PBM) yang berjalan efektif dan berdaya guna.
Proses belajar mengajar dapat berjalan efektif bila seluruh komponen yang dalam PBM saling mendukung dalam rangka mencapai tujuan yang dicita-citakan. Komponen tersebut adalah :
Tujuan interaksi belajar mengajar yang diharapkan, Bahan/pesan yang akan disampaikan pada anak didik, Pendidik dan si anak didik (terdidik), Alat/sarana yang digunakan untuk menunjang tercapainya tujuan, Metode yang digunakan untuk menyampaikan bahan (materi), Situasi lingkungan untuk menyampaikan bahan agar tercapai tujuan[14]

Dengan demikian dapat dipahami bahwa faktor-faktor yang juga sangat berpengaruh dalam meningkatkan prestasi belajar anak/siswa, adalah faktor pendidik, anak didik, tujuan pendidikan, metode dan alat pendidikan, serta lingkungan pendidikan.
a. Pendidik.
Yaitu orang dewasa jasmani maupun rohaninya, yang diserahi tugas dan tanggung jawab untuk memimpin, membimbing dan menolong atau mengarahkan anak yang belum dewasa jasmani maupun rohaninya menuju kesempurnaannya atau kedewasaannya.
b. Peserta Didik.
Peserta didik yang dimaksudkan penulis adalah anak didik, yaitu anak yang menjadi obyek pendidikan atau yang dikenai pekerjaan mendidik. Jadi, mereka adalah manusia yang belum dewasa  fisik dan mental, sehingga untuk mengefisienkan pembelajaran yang diarahkan kepadanya, maka subyek didik dituntut memenuhi dan memperhatikan segala kebutuhan psikologis anak tersebut, yaitu “Kebutuhan akan rasa sayang, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa harga diri, kebutuhan akan rasa bebas, kebutuhan akan rasa sukses, dan kebutuhan akan rasa tahu (mengenal).[15]
Selanjutnya seorang filosof Islam, yaitu Ibnu Sina dalam bukunya yang berjudul “al Qanun”, yang dikutip Ahmad Syalabi dalam bukunya yang berjudul “Tarikhut Tarbiyyah al Islamiyyah”, beliau mengatakan bahwa :
Kita harus menumpahkan perhatian untuk memelihara akhlak anak-anak dengan cara menjaga agar ia jangan sampai menjadi amarah atau takut yang amat sangat atau rasa sedih atau kurang tidur. Dan juga haruslah diperhatikan setiap saat hal-hal apakah  yang  menjadi  keinginan  dan  kesenangannya, lalu kita usahakan agar ia memperolehnya . . . [16]

Dengan keterangan tesebut di atas, dapat dipahami bahwa keberhasilan pendidikan setiap anak, atau peserta didik adalah tergantung pada orang tua dan gurunya.
c. Tujuan Pendidikan.
Pendidikan pada umumnya, dan khususnya pendidikan agama Islam   merupakan   suatu   usaha  yang bertujuan untuk mewujudkan tujuan hidup manusia sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah swt, yaitu manusia yang senantiasa mengabdi kepada-Nya dalam arti luas, maksudnya adalah manusia yang senantiasa menjabarkan akhlak terpuji yaitu yang bernilai ibadah dalam kehidupannya baik dalam bentuk berbicara, bertindak/berbuat, bahkan dalam bentuk berpikir. Dengan kata lain, bahwa tujuan pendidikan khususnya pendidikan agama Islam adalah memanusiakan manusia, artinya manusia yang senantiasa memelihara hubungan dengan Allah swt., secara vertikal dan memelihara hubungan dengan sesama makhluk secara horisontal.
d. Alat Pendidikan.
Yaitu "segala alat yang digunakan untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan, seperti   alat   sebagai   tindakan  guru  dan alat berupa sarana dan fasilitas pendidikan".[17]
1) Alat  sebagai  tindakan  guru,  seperti  kurikulum,  dan    metode mengajar.
a) Kurikulum.

Yaitu jalan terang yang dilalui oleh pendidik  dengan  orang-orang yang dididik untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mereka.[18]

b) Metode.

Yaitu jalan yang kita ikuti untuk memberi faham kepada murid-murid segala macam pelajaran, dalam segala mata pelajaran. Ia adalah rencana yang dibuat sebelum memasuki kelas, dan diterapkan di kelas sesudah memasukinya.[19]

2) Alat berupa sarana pendidikan, seperti :
a)  Alat pendidikan untuk guru seperti buku pegangan, alat peraga, atlas, gambar Ka’bah, dan gambar mesjid.
b) Alat pendidikan untuk murid, seperti alat tulis menulis.
c) Alat pendidikan untuk klasikal,  seperti   kapur   dan   papan tulis, serta lain-lainnya.
e. Lingkungan Pendidikan.
Yaitu sekitar tempat keberadaan anak didik, dalam hal ini masyarakat sebagai tetangga rumah atau tetangga sekolah. Suasana lingkungan pendidikan tersebut dituntut kondusif dan bernilai paedagogik bagi anak.
Bertitik tolak dari uraian pada sub ini, peneliti berkesimpulan bahwa prestasi belajar adalah pencapaian atau perolehan hasil belajar melalui ulangan harian, ulangan sub sumatif, dan melalui ulangan umum semester atau cawu. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa tersebut adalah faktor intern atau dari dalam diri sendiri dan faktor dari luar yaitu faktor lingkungan.
Selain itu, faktor yang dominan juga dan sangat berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa, adalah pendidik, anak didik, tujuan, alat atau sarana serta lingkungan pendidikan. Justru itulah masing-masing faktor tersebut dituntut memainkan peranan aktif dan positif dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa.

3. Indikator Prestasi Belajar
Pada prinsipnya hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian pengungkapan tingkah laku seluruh ranah itu. Khususnya rana rasa murid, sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tidak dapat dirubah) oleh karena itu yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting di rapatkan dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa baik yang berdimensi cipta, rasa maupun yang berdimensi karsa. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa yang terurai diatas adalah mengetahui garis-garis besar indikator (petunjuk adanya prestasi tertentu) di kaitkan jenis prestasi yang hendak di ungkap atau di ukur.
Lebih jauh penulis kemukakan dua macam pendekatan yang amat populer dalam mengevaluasi atau menilai tingkat keberhasilan / prestasi belajar yakni :
1.  Pendekatan Penilaian acuan Norma (PAN) Norm Refrenced Assesment.
Dalam penilaian yang menggunakan pendekatan PAN menurut Tardifel, sebagaimana dikutip Muhibbah Syam, dengan cara membandingkan dengan prestasi yang dicapai teman-teman sekolah atau kelompok".[20]
2.  Pendekatan Penilaian Acuan Kriteria
Penilaian dengan pendekatan PAK menurut Tardifel, sebagaimana dikutip Muhibbah Syam, "merupakan proses pengukuran prestasi belajar dengan cara membandingkan pencapaian siswa dengan berbagai prilaku atau ranah yang ditetapkan secara baik, dan mutlak yang merujuk pada tujuan pembelajaran umum dan khusus".[21]
Jadi evaluasi prestasi belajar meliputi : prestasi kognitif, prestasi afektif dan prestasi psikomotorik. Artinya, bahwa kualifikasi atau kemampuan yang harus dicapai oleh siswa setelah menyelesaikan program mata pelajaran tertentu, meliputi aspek kognitif, afektif, maupun dari aspek psikomotoriknya.
1. Prestasi belajar dari segi kognitifnya, yaitu siswa memperoleh perubahan setelah mengikuti pembelajaran, berupa bertambahnya pengetahuan, dalam hal ini:
Know lidge, yaitu pengetahuan yang diperoleh atau dari tidak tahu menjadi tahu.
Konprehension, yaitu pemahaman yang diperoleh atau dapat memperluas hasil belajarnya,
Aplication, yaitu dapat mempergunakan pengetahuannya,
Analitis, yaitu dapat menguraikan pengetahuan yang diperolehnya,
Sintetis,   yaitu   dapat   menyimpulkan   pengetahuannya     secara sistematis.
Evaluation, yaitu siswa dapat mempertimbangkan nilai dari pengetahuannya.[22]

b.   Prestasi belajar dari segi afektifnya, yaitu perubahan-perubahan berupa sikap dan tingkah laku yang spesifik (actual behavorial).
c.   Prestasi belajar dari segi psikomotoriknya, yaitu perubahan-perubahan pada diri anak berupa bertambahnya keterampilan setelah mengikuti kegiatan proses belajar mengajar.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa prestasi belajar siswa adalah hasil yang diperoleh peserta didik/siswa setelah mengikuti pembelajaran, dalam hal ini ia memiliki sikap mental yang berdaya guna dan bernilai ibadah yang senantiasa terjabarkan dalam kehidupannya sehari-hari, baik berupa tindakan dan perbuatan maupun dalam ucapan. 
Untuk lebih mengarah kepada topik pembahasan dalam judul skripsi ini, dapat dikemukakan bahwa prestasi belajar diartikan sebagai hasil belajar anak yang diperoleh setelah mengikuti proses belajar mengajar di kelas, melalui suatu alat penilaian, yaitu ulangan harian, dan  evaluasi ulangan umum semester.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar