KOMUNIKASI ORANG TUA DAN ANAK
(SuatuKajianEfektivitasPendidikandalam Komunikasi Keluarga
terhadap Anak di MA DDI Al Furqan Parepare)
TUGAS
Oleh :
DARMAWATI. H
NIM : 00….03.24.2009
PROGRAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
MUSLIM INDONESIA
UMI-MAKASSAR
2010
LATARBELAKANG
MASALAH
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ditegaskan bahwa:
Pendidikan
nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan.[1]
Mengacu pada tujuan
pendidikan nasional tersebut seharusnya proses pendidikan dapat menggunapan
strategi yang tepat untuk mewujudkan tujuan tersebut.
Namun, dalam praktiknya ternyata tujuan pendidikan nasional tersebut belum
sepenuhnya tercapai. Salah
satufenomena yang adaakhir-akhirini yang sangatmemprihatinkan,
mengenaimudahnyaparapelajarberkelahi.
Tidakadaangindanhujanbisaterjadibenturanfisik, tidakadamasalah,
tahu-tahubres. Kenapaanak-anaksekarangpersisseperti robot.[2]
Perilakutersebutmerupakangejala yang
adadalammasyarakat. Salah satufaktor yang
didugamenjadisebabtimbulnyatingkahlakuagresifadalahkecenderunganpolaasuhtertentudariorang
tua (child rearing). Hubunganorang tuadengananakmerupakaninteraksiantaraorang
tuadengananaknyaselamamengadakanpengasuhan. Salah satufaktordalamkeluarga
yang mempunyaiperananpentingdalampembentukankepribadianadalahpraktikpengasuhanorang
tuakepadaanaknya. Hal inidikuatkanolehpendapat Brown yang
mengatakanbahwakeluargaadalah “lingkungan yang pertama kali
menerimakehadirananak”[3]
Perkembangantingkahlakupositifpadaanakdipengaruhiolehorang tuanyamelaluipengontrolanpengalamanibadahdanpengalamaneducatifanakdanjugacaraorang
tuamemberikanpenguatanataupunhukumanterhadaptingkahlakunegatif.
DalamhaltingkahlakunegatifmisalnyasajaprilakuagresifmenurutpenelitianMussen,
anakpadausia 6–10
tahuntingkahlakuagresifakantampaksebagaikemarahandanhalinipadamasaremajaakantampaksebagaitingkahlakuagresif.[4] Bandura
mengatakanbahwaanakbelajarbertingkahlakuagresifmelaluiimitasiatau model
terutamadariorang tuanya, guru dananak-anak lainnya.
Iajugamengatakanbahwadalammasyarakat modern adatigasumber
munculnyatingkahlakuagresif. Pertama, pengaruhkeluarga. Kedua,
pengaruhsubkultural.[5]
Dalamkontekspengaruhsubkulturalinisumberagresiadalahkomunikasiataukontaklangsung
yang berulang kali terjadiantarsesamaanggotamasyarakat di
lingkungananaktinggal. Mengingatkondisiremaja, makapeer group berperanjugadalammewarnaiperilakuremaja
yang bersangkutan. Ketiga, modelling (vicarious leaming), merupakansumbertingkahlakuagresisecaratidaklangsung
yang didapatmelalui mass media, misalnyatelevisi, majalah, koran, video
ataubioskop.Hal itu mengakibatkan lulusan yang dihasilkan belum sepenuhnya
mencerminkan perilaku-perilaku yang diharapkan oleh tujuan nasional tersebut
sehingga timbullah gagasan untuk membentuk masyarakat madani termasuk di
masyarakat kampus dan lingkungan keluarga, yaitu antara orang tua dan anak.
Berbicara tentang hubungan orang
tua dengan anak, maka tergambar suatu lingkungan rumah tangga yang terdiri dari
kedua orang tua dan anak serta seluruh anggota keluarga lainnya. Eksistensi
lingkungan rumah tangga adalah salah satu lingkungan pendidikan yang cukup
berpengaruh untuk membimbing, membina dan mengembangkan potensi anak, terutama
potensi imaniyah. Sebagai suatu lingkungan pendidikan yang mempunyai
karakteristik tersendiri, lingkungan rumah tangga merupakan tempat membimbing
anak agar mempunyai perilaku dan kepribadian yang sesuai dengan tuntunan nilai-nilai ajaran Islam. Hal tersebut dapat
terjadi karena lingkungan
rumah tangga merupakan tempat
yang pertama dan
utama bagi seorang anak untuk
menerima pendidikan, selain itu kedua
orang tua terutama ibu mempunyai waktu yang cukup luang untuk membimbing dan
mengarahkan anak.
Dengan demikian hubungan kedua orang tua sebagai
sumber belajar bagi anak adalah sangat dituntut berlangsung harmonis sehingga
pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berlangsung positif dan berdaya guna,
sehingga terwujud kepribadian anak yang berakhlakul karimah atau sesuai dengan
nilai-nilai ajaran Islam.
Oleh karena
itu, komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara timbal balik dan silih
berganti antara orang tua dengan anak atau sebaliknya. Awal terjadinya
komunikasi karena ada suatu pesan yang ingin disampaikan. Siapa yang berkepentingan
untuk menyampaikan suatu pesan berpeluang untuk memulai komunikasi.
Pola
komunikasi yang dibangun dalam rumah tangga akan mempengaruhi pola asuh orang
tua. Kegiatan pengasuhan anak akan berhasil dengan baik jika pola komunikasi
yang tercipta dilandasi cinta dan kasih sayang dengan memposisikan anak sebagai
subjek yang harus dibina, dibimbing, dan dididk dan bukan sebagai objek semata.
Berdasarkan fenomena tersebut, penulis tertarik mengadakan penelitian literatur dengan judul : Komunikasi Orang Tua dan Anak (Suatu
Kajian Efektivitas Pendidikan dalam Keluarga terhadap Anak di MA DDI Al
Furqan Parepare)".
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latarbelakang masalah yang diuraikan pada pembahasan terdahulu, pada sub ini penulis
dapat mengajukan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk komunikasi antara orang tua dengan
anak dalam keluarga yang berhubungan
dengan pendidikan Islam?
2. Adakah hubungan antara intensitas komunikasi orang
tua dan anak dengan pendidikan anak dalam perspektif Islam?
[1]Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Sistem
Pendidikan Nasional, (Jakarta: Cipta Nusa, 2003), h. 11
[2]Wawasan.Koran Jawa Tengah.Tanggal 9 Februari 2001.
[3]Brown.Educational Psychology, Cet. II. (New Jersey: Prentice Hall
Engelwood. 1961), h. 76
[4]Musen&Kogan.Child Development and Personality, Cet 5 (New York:
Harper and Row Publisher, 1979), h. 109
[5]Bandura, On Social Leaming and Aggression.(New York: University
Press, 1976), h. 256 - 260
KOMUNIKASI ORANG TUA DAN ANAK
(SuatuKajianEfektivitasPendidikandalam Komunikasi Keluarga
terhadap Anak di MA DDI Al Furqan Parepare)
TUGAS
Oleh :
DARMAWATI. H
NIM : 00….03.24.2009
PROGRAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
MUSLIM INDONESIA
UMI-MAKASSAR
2010
LATARBELAKANG
MASALAH
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ditegaskan bahwa:
Pendidikan
nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan.[1]
Mengacu pada tujuan
pendidikan nasional tersebut seharusnya proses pendidikan dapat menggunapan
strategi yang tepat untuk mewujudkan tujuan tersebut.
Namun, dalam praktiknya ternyata tujuan pendidikan nasional tersebut belum
sepenuhnya tercapai. Salah
satufenomena yang adaakhir-akhirini yang sangatmemprihatinkan,
mengenaimudahnyaparapelajarberkelahi.
Tidakadaangindanhujanbisaterjadibenturanfisik, tidakadamasalah,
tahu-tahubres. Kenapaanak-anaksekarangpersisseperti robot.[2]
Perilakutersebutmerupakangejala yang
adadalammasyarakat. Salah satufaktor yang
didugamenjadisebabtimbulnyatingkahlakuagresifadalahkecenderunganpolaasuhtertentudariorang
tua (child rearing). Hubunganorang tuadengananakmerupakaninteraksiantaraorang
tuadengananaknyaselamamengadakanpengasuhan. Salah satufaktordalamkeluarga
yang mempunyaiperananpentingdalampembentukankepribadianadalahpraktikpengasuhanorang
tuakepadaanaknya. Hal inidikuatkanolehpendapat Brown yang
mengatakanbahwakeluargaadalah “lingkungan yang pertama kali
menerimakehadirananak”[3]
Perkembangantingkahlakupositifpadaanakdipengaruhiolehorang tuanyamelaluipengontrolanpengalamanibadahdanpengalamaneducatifanakdanjugacaraorang
tuamemberikanpenguatanataupunhukumanterhadaptingkahlakunegatif.
DalamhaltingkahlakunegatifmisalnyasajaprilakuagresifmenurutpenelitianMussen,
anakpadausia 6–10
tahuntingkahlakuagresifakantampaksebagaikemarahandanhalinipadamasaremajaakantampaksebagaitingkahlakuagresif.[4] Bandura
mengatakanbahwaanakbelajarbertingkahlakuagresifmelaluiimitasiatau model
terutamadariorang tuanya, guru dananak-anak lainnya.
Iajugamengatakanbahwadalammasyarakat modern adatigasumber
munculnyatingkahlakuagresif. Pertama, pengaruhkeluarga. Kedua,
pengaruhsubkultural.[5]
Dalamkontekspengaruhsubkulturalinisumberagresiadalahkomunikasiataukontaklangsung
yang berulang kali terjadiantarsesamaanggotamasyarakat di
lingkungananaktinggal. Mengingatkondisiremaja, makapeer group berperanjugadalammewarnaiperilakuremaja
yang bersangkutan. Ketiga, modelling (vicarious leaming), merupakansumbertingkahlakuagresisecaratidaklangsung
yang didapatmelalui mass media, misalnyatelevisi, majalah, koran, video
ataubioskop.Hal itu mengakibatkan lulusan yang dihasilkan belum sepenuhnya
mencerminkan perilaku-perilaku yang diharapkan oleh tujuan nasional tersebut
sehingga timbullah gagasan untuk membentuk masyarakat madani termasuk di
masyarakat kampus dan lingkungan keluarga, yaitu antara orang tua dan anak.
Berbicara tentang hubungan orang
tua dengan anak, maka tergambar suatu lingkungan rumah tangga yang terdiri dari
kedua orang tua dan anak serta seluruh anggota keluarga lainnya. Eksistensi
lingkungan rumah tangga adalah salah satu lingkungan pendidikan yang cukup
berpengaruh untuk membimbing, membina dan mengembangkan potensi anak, terutama
potensi imaniyah. Sebagai suatu lingkungan pendidikan yang mempunyai
karakteristik tersendiri, lingkungan rumah tangga merupakan tempat membimbing
anak agar mempunyai perilaku dan kepribadian yang sesuai dengan tuntunan nilai-nilai ajaran Islam. Hal tersebut dapat
terjadi karena lingkungan
rumah tangga merupakan tempat
yang pertama dan
utama bagi seorang anak untuk
menerima pendidikan, selain itu kedua
orang tua terutama ibu mempunyai waktu yang cukup luang untuk membimbing dan
mengarahkan anak.
Dengan demikian hubungan kedua orang tua sebagai
sumber belajar bagi anak adalah sangat dituntut berlangsung harmonis sehingga
pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berlangsung positif dan berdaya guna,
sehingga terwujud kepribadian anak yang berakhlakul karimah atau sesuai dengan
nilai-nilai ajaran Islam.
Oleh karena
itu, komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara timbal balik dan silih
berganti antara orang tua dengan anak atau sebaliknya. Awal terjadinya
komunikasi karena ada suatu pesan yang ingin disampaikan. Siapa yang berkepentingan
untuk menyampaikan suatu pesan berpeluang untuk memulai komunikasi.
Pola
komunikasi yang dibangun dalam rumah tangga akan mempengaruhi pola asuh orang
tua. Kegiatan pengasuhan anak akan berhasil dengan baik jika pola komunikasi
yang tercipta dilandasi cinta dan kasih sayang dengan memposisikan anak sebagai
subjek yang harus dibina, dibimbing, dan dididk dan bukan sebagai objek semata.
Berdasarkan fenomena tersebut, penulis tertarik mengadakan penelitian literatur dengan judul : Komunikasi Orang Tua dan Anak (Suatu
Kajian Efektivitas Pendidikan dalam Keluarga terhadap Anak di MA DDI Al
Furqan Parepare)".
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latarbelakang masalah yang diuraikan pada pembahasan terdahulu, pada sub ini penulis
dapat mengajukan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk komunikasi antara orang tua dengan
anak dalam keluarga yang berhubungan
dengan pendidikan Islam?
2. Adakah hubungan antara intensitas komunikasi orang
tua dan anak dengan pendidikan anak dalam perspektif Islam?
[1]Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Sistem
Pendidikan Nasional, (Jakarta: Cipta Nusa, 2003), h. 11
[2]Wawasan.Koran Jawa Tengah.Tanggal 9 Februari 2001.
[3]Brown.Educational Psychology, Cet. II. (New Jersey: Prentice Hall
Engelwood. 1961), h. 76
[4]Musen&Kogan.Child Development and Personality, Cet 5 (New York:
Harper and Row Publisher, 1979), h. 109
[5]Bandura, On Social Leaming and Aggression.(New York: University
Press, 1976), h. 256 - 260
KOMUNIKASI ORANG TUA DAN ANAK
(SuatuKajianEfektivitasPendidikandalam Komunikasi Keluarga
terhadap Anak di MA DDI Al Furqan Parepare)
TUGAS
Oleh :
DARMAWATI. H
NIM : 00….03.24.2009
PROGRAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
MUSLIM INDONESIA
UMI-MAKASSAR
2010
LATARBELAKANG
MASALAH
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ditegaskan bahwa:
Pendidikan
nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan.[1]
Mengacu pada tujuan
pendidikan nasional tersebut seharusnya proses pendidikan dapat menggunapan
strategi yang tepat untuk mewujudkan tujuan tersebut.
Namun, dalam praktiknya ternyata tujuan pendidikan nasional tersebut belum
sepenuhnya tercapai. Salah
satufenomena yang adaakhir-akhirini yang sangatmemprihatinkan,
mengenaimudahnyaparapelajarberkelahi.
Tidakadaangindanhujanbisaterjadibenturanfisik, tidakadamasalah,
tahu-tahubres. Kenapaanak-anaksekarangpersisseperti robot.[2]
Perilakutersebutmerupakangejala yang
adadalammasyarakat. Salah satufaktor yang
didugamenjadisebabtimbulnyatingkahlakuagresifadalahkecenderunganpolaasuhtertentudariorang
tua (child rearing). Hubunganorang tuadengananakmerupakaninteraksiantaraorang
tuadengananaknyaselamamengadakanpengasuhan. Salah satufaktordalamkeluarga
yang mempunyaiperananpentingdalampembentukankepribadianadalahpraktikpengasuhanorang
tuakepadaanaknya. Hal inidikuatkanolehpendapat Brown yang
mengatakanbahwakeluargaadalah “lingkungan yang pertama kali
menerimakehadirananak”[3]
Perkembangantingkahlakupositifpadaanakdipengaruhiolehorang tuanyamelaluipengontrolanpengalamanibadahdanpengalamaneducatifanakdanjugacaraorang
tuamemberikanpenguatanataupunhukumanterhadaptingkahlakunegatif.
DalamhaltingkahlakunegatifmisalnyasajaprilakuagresifmenurutpenelitianMussen,
anakpadausia 6–10
tahuntingkahlakuagresifakantampaksebagaikemarahandanhalinipadamasaremajaakantampaksebagaitingkahlakuagresif.[4] Bandura
mengatakanbahwaanakbelajarbertingkahlakuagresifmelaluiimitasiatau model
terutamadariorang tuanya, guru dananak-anak lainnya.
Iajugamengatakanbahwadalammasyarakat modern adatigasumber
munculnyatingkahlakuagresif. Pertama, pengaruhkeluarga. Kedua,
pengaruhsubkultural.[5]
Dalamkontekspengaruhsubkulturalinisumberagresiadalahkomunikasiataukontaklangsung
yang berulang kali terjadiantarsesamaanggotamasyarakat di
lingkungananaktinggal. Mengingatkondisiremaja, makapeer group berperanjugadalammewarnaiperilakuremaja
yang bersangkutan. Ketiga, modelling (vicarious leaming), merupakansumbertingkahlakuagresisecaratidaklangsung
yang didapatmelalui mass media, misalnyatelevisi, majalah, koran, video
ataubioskop.Hal itu mengakibatkan lulusan yang dihasilkan belum sepenuhnya
mencerminkan perilaku-perilaku yang diharapkan oleh tujuan nasional tersebut
sehingga timbullah gagasan untuk membentuk masyarakat madani termasuk di
masyarakat kampus dan lingkungan keluarga, yaitu antara orang tua dan anak.
Berbicara tentang hubungan orang
tua dengan anak, maka tergambar suatu lingkungan rumah tangga yang terdiri dari
kedua orang tua dan anak serta seluruh anggota keluarga lainnya. Eksistensi
lingkungan rumah tangga adalah salah satu lingkungan pendidikan yang cukup
berpengaruh untuk membimbing, membina dan mengembangkan potensi anak, terutama
potensi imaniyah. Sebagai suatu lingkungan pendidikan yang mempunyai
karakteristik tersendiri, lingkungan rumah tangga merupakan tempat membimbing
anak agar mempunyai perilaku dan kepribadian yang sesuai dengan tuntunan nilai-nilai ajaran Islam. Hal tersebut dapat
terjadi karena lingkungan
rumah tangga merupakan tempat
yang pertama dan
utama bagi seorang anak untuk
menerima pendidikan, selain itu kedua
orang tua terutama ibu mempunyai waktu yang cukup luang untuk membimbing dan
mengarahkan anak.
Dengan demikian hubungan kedua orang tua sebagai
sumber belajar bagi anak adalah sangat dituntut berlangsung harmonis sehingga
pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berlangsung positif dan berdaya guna,
sehingga terwujud kepribadian anak yang berakhlakul karimah atau sesuai dengan
nilai-nilai ajaran Islam.
Oleh karena
itu, komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara timbal balik dan silih
berganti antara orang tua dengan anak atau sebaliknya. Awal terjadinya
komunikasi karena ada suatu pesan yang ingin disampaikan. Siapa yang berkepentingan
untuk menyampaikan suatu pesan berpeluang untuk memulai komunikasi.
Pola
komunikasi yang dibangun dalam rumah tangga akan mempengaruhi pola asuh orang
tua. Kegiatan pengasuhan anak akan berhasil dengan baik jika pola komunikasi
yang tercipta dilandasi cinta dan kasih sayang dengan memposisikan anak sebagai
subjek yang harus dibina, dibimbing, dan dididk dan bukan sebagai objek semata.
Berdasarkan fenomena tersebut, penulis tertarik mengadakan penelitian literatur dengan judul : Komunikasi Orang Tua dan Anak (Suatu
Kajian Efektivitas Pendidikan dalam Keluarga terhadap Anak di MA DDI Al
Furqan Parepare)".
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latarbelakang masalah yang diuraikan pada pembahasan terdahulu, pada sub ini penulis
dapat mengajukan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk komunikasi antara orang tua dengan
anak dalam keluarga yang berhubungan
dengan pendidikan Islam?
2. Adakah hubungan antara intensitas komunikasi orang
tua dan anak dengan pendidikan anak dalam perspektif Islam?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar