Rabu, 06 Oktober 2010

MUHLIS BAB I REVISI


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan, mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup, berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka.
Pendidikan memegang peranan penting dalam menentukan maju mundurnya suatu bangsa. Bangsa yang mampu menata pendidikan dengan baik mempunyai harapan besar dapat meraih kejayaannya. Kualitas suatu generasi ditentukan oleh sistem pendidikannya. Sistem yang baik menghasilkan generasi yang berkualitas, sebaliknya sistem pendidikan yang kacau akan menghasilkan generasi yang Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
Pendidikan adalah usaha sadar yang merupakan bantuan orang tua terhadap anak didik untuk mendewasakan. Selain itu, pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, masyarakat dan pemerintah yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia khususnya di Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Dalam belajar mengajar anak didik adalah sebagai subjek dan sebagai objek dari kegiatan pengajaran. Karena inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran tentu saja akan dapat dicapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan siswa disini tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan. Bila hanya fisik anak yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya siswa tidak belajar, karena siswa tidak merasakan perubahan di dalam dirinya. Pada hal belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar.
Peranan guru sebagai pembimbing bertolak dari cukup banyaknya siswa yang bermasalah. Dalam belajar ada siswa yang cepat mencerna bahan, ada siswa sedang mencerna bahan, dan ada pula yang lambat mencerna bahan yang diberikan oleh guru, ketiga tipe belajar siswa ini menghendaki agar guru mengatur strategi pengajaran yang sesuai dengan gaya-gaya belajar siswa.
Anak didik sebagai suatu generasi pelanjut yang akan membangun bangsa perlu mendapat perhatian serius mengenai pendidikannya, khususnya pendidikan agama. Dalam bidang Pendidikan Agama khususnya Pendidikan Agama Islam, Islam telah menganjurkan pendidikan secara merata tanpa ada pengecualian.
Kegiatan mengajar bagi seorang guru menghendaki hadirnya sejumlah siswa. Berbeda dengan belajar, belajar tidak selamanya memerlukan kehadiran seorang guru, cukup banyak aktivitas yang dilakukan oleh seorang guru di luar dari keterlibatan guru. Allah swt., berfirman dalam QS. As Shaffat (41) : 33 yang berbunyi:
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
Terjemahnya:
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?"[1]

Pada ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa aktivitas belajar dan mengajar  merupakan kewajiban dan sebagai sarana untuk mencerdaskan umat dan membina kepribadian, di mana kegiatan belajar mengajar tersebut dapat berlangsung secara klasikal maupun tidak klasikal. Artinya bawah aktivitas guru menyampaikan pembelajaran di luar keterlibatannya sebagai seorang guru, melainkan melalui pesan, tauladan serta sikap yang menjadi panutan bagi anak didik.
Dengan demikian, bila hakikat gelajar adalah “perubahan” maka hakikat belajar mengajar adalah proses pengaturan yang dilakukan oleh guru.
Mengenai tugas guru dalam Islam, ahli-ahli Pendidikan Islam juga ahli pendidikan barat telah sepakat bahwa tugas guru ialah mendidik. Mendidik adalah tugas yang amat luas. Mendidik itu sebagian dilakukan dalam bentuk mengajar, sebagian dalam bentuk memberikan dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh, membiasakan, dan lain-lain.[2]







[1]Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab suci Al Quran, 2003), h. 951

[2]Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Prspektif Islam, (Cet. VI: Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005), h. 78

Tidak ada komentar:

Posting Komentar